Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Rusia Sebut Peristiwa di Ukraina Operasi Militer Khusus, Bukan Perang

MOSKWA, KOMPAS.com – Rusia menekankan lagi bahwa tindakannya di Ukraina bukan perang, melainkan operasi militer khusus.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menjelaskan alasannya.

Menurut dia, tindakan Rusia di Ukraina adalah operasi khusus, bukan perang, karena target pasukannya terbatas pada fasilitas dan obyek militer.

“Itu memang operasi militer khusus. Peristiwa di sana ditegakkan menurut skenario tertentu,” kata Medvedev dalam sebuah wawancara dengan televisi Al Jazeera Qatar.

Dia menjelaskan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan bahwa Rusia memiliki dua tujuan yang harus dicapai.

Tujuan pertama adalah untuk membela penduduk republik rakyat Donetsk dan Luhansk yang banyak dari mereka adalah warga negara Rusia.

“Ada sekitar satu juta dari mereka,” kata Medvedev, dilansir dari Kantor Berita Rusia, TASS, Jumat (3/6/2022).

Tujuan kedua adalah untuk menghancurkan mekanisme militeris dan denazifikasi daerah-daerah di Ukraina.

“Atau dengan kata lain, untuk memastikan bahwa tidak ada neo-Nazi yang mempromosikan agenda anti-Rusia, Russophobia di sana. Itulah sebabnya target operasi ini terbatas,” ungkap dia.

Medvedev melanjutkan, operasi militer khusus Rusia sebagian besar melibatkan penggunaan senjata presisi tinggi dengan menyasar fasilitas militer di Ukraina untuk dihancurkan.

"Pasukan Rusia berusaha meminimalkan ancaman terhadap fasilitas sipil. Kami mencoba bertindak dengan cara yang hanya akan memengaruhi angkatan bersenjata Ukraina. Itulah sebabnya tindakan pasukan kami disebut operasi militer khusus," beber Medvedev.

Tanggapan terkait respons Barat

Medvedev menyampaikan, Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya telah mendeklarasikan apa yang disebut sebagai perang proksi terhadap Rusia, yang berarti memasok sejumlah besar persenjataan ke Ukraina.

“Mereka mencoba untuk mendorong suasana militeristik, histeria militeristik, untuk membuat Ukraina bertarung dengan Rusia sampai Ukraina terakhir yang tersisa, bisa dikatakan begitu. Untuk alasan yang jelas, baik AS maupun Eropa tidak mengalami kerugian dalam situasi ini," tuding dia.

Medvedev mengatakan, Ukraina yang menanggung kerugian.

“6 juta orang telah meninggalkan Ukraina, dan negara-negara itu memikul tanggung jawab yang nyata atas apa yang telah terjadi," tambah Medvedev.

https://www.kompas.com/global/read/2022/06/03/183000270/alasan-rusia-sebut-peristiwa-di-ukraina-operasi-militer-khusus-bukan

Terkini Lainnya

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Global
Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Global
Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke