Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kotoran Purba Ungkap Makanan “Favorit” Para Pembangun Situs Stonehenge

Kompas.com - 22/05/2022, 19:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

LONDON, KOMPAS.com - Kotoran purba yang ditemukan di situs desa prasejarah dekat situs Stonehenge mengungkapkan bahwa penduduk pemukiman – yang kemungkinan membangun lingkaran batu – berpesta dengan organ dalam ternak.

Beberapa potongan fosil feses, yang oleh para ilmuwan disebut koprolit, digali dari tumpukan sampah di pemukiman yang dikenal sebagai Tembok Durrington. Lokasi itu hanya 1,7 mil (2,8 kilometer) dari situs Stonehenge.

Baca juga: Penemuan Baru Ungkap Petunjuk Asal-usul Batu Monolit di Stonehenge

Desa tersebut berasal dari sekitar periode 2500 SM, ketika banyak monumen megah di barat daya Inggris dibangun.

Lima potong kotoran - dari satu manusia dan empat anjing - ditemukan mengandung telur cacing parasit.

Kotoran manusia dan tiga koprolit anjing berisi telur cacing capillariid (cacing pita), yang sebagian diidentifikasi berdasarkan bentuknya yang seperti lemon.

Keberadaan cacing jenis ini menunjukkan bahwa orang tersebut telah memakan paru-paru atau hati mentah atau setengah matang dari hewan yang sudah terinfeksi.

Dalam kondisi itu, telur parasit akan langsung melewati sistem pencernaan, menurut sebuah studi baru tentang fosil.

Cacing pita menginfeksi sapi dan ruminansia lainnya. Artinya, memakan sapi adalah sumber parasit adalah alasan paling mungkin menyebabkan kemunculannya di fosil kotoran itu, catat penulis penelitian sebagaimana dilansir CNN pada Jumat (21/5/2022).

Sementara anjing-anjing itu mungkin telah diberi makan sisa makanan.

Baca juga: Bagaimana Asal-usul Batu Stonehenge? Akhirnya Peneliti Memecahkannya

Akan tetapi, tulang hewan yang digali dari tumpukan sampah ternyata menunjukkan bahwa sapi bukanlah hewan yang paling umum dikonsumsi.

Sekitar 90 persen dari 38.000 tulang hewan yang digali berasal dari babi dan 10 persen dari sapi.

Salah satu kotoran anjing berisi telur cacing pita ikan, yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi karena memakan ikan air tawar mentah.

Namun, tidak ada bukti konsumsi ikan lain, seperti tulang, yang ditemukan di lokasi tersebut.

Kurangnya bukti ini mungkin karena situs tersebut tidak digunakan sepanjang tahun, atau ikan dengan cacing pita dikonsumsi di pemukiman yang berbeda.

“Tembok Durrington ditempati sebagian besar musiman, terutama pada periode musim dingin. Anjing itu mungkin datang sudah terinfeksi parasit,” kata rekan penulis studi Dr Piers Mitchell, seorang dokter medis dan rekan peneliti senior dan direktur Laboratorium Parasit purba di departemen arkeologi Universitas Cambridge, dalam rilis berita.

Baca juga: Perusahaan Ini Berhasi Sulap Kotoran Manusia Jadi Bahan Bakar

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com