Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Mulai Rasakan Parahnya Dampak Sanksi dan Boikot atas Serangan ke Ukraina

Kompas.com - 03/03/2022, 08:07 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

MOSKWA, KOMPAS.com - Sejak Barat memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, orang-orang Rusia biasa merasakan efek yang menyakitkan.

Kondisi diperparah dengan aksi boikot dari sejumlah perusahaan internasional, sistem pembayaran tidak beroperasi dan menimbulkan masalah penarikan uang tunai, hingga warga tidak dapat membeli barang-barang tertentu.

Baca juga: Rangkuman Hari Ketujuh Serangan Rusia ke Ukraina, Serangan Besar di 4 Kota, 350 Warga Sipil Tewas, 2.000 Terluka, 836.000 Pengungsi

“Apple Pay belum bekerja sejak kemarin. Tidak mungkin untuk membayar dengan itu di mana pun- di bus, di kafe," kata warga Moskwa Tatyana Usmanova kepada AP sebagaimana dilansir Kamis (3/3/2022).

“Ditambah lagi, di satu supermarket mereka membatasi jumlah barang penting yang bisa dibeli satu orang.”

Apple mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menjual iPhone dan produk populer lainnya di Rusia, bersama dengan membatasi layanan seperti Apple Pay.

Langkah Apple dilakukan bersamaan dengan aksi boikot dari perusahaan-perusahaan global lainnya, sebagai bagian dari reaksi mereka untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina.

Puluhan perusahaan asing dan internasional telah menarik bisnis mereka keluar dari Rusia.

Merek mobil besar menghentikan ekspor kendaraan mereka; Boeing dan Airbus menangguhkan pasokan suku cadang dan layanan pesawat ke maskapai Rusia; studio besar Hollywood menghentikan rilis film mereka. Daftarnya kemungkinan akan terus bertambah.

Baca juga: Mampukah Rusia Bertahan dengan Gempuran Sanksi, Boikot dan Anjloknya Rubel?

Langkah itu di luar respons Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya, yang memukul Rusia dengan sanksi luas dan kerasnya yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sekutu Barat telah mengusir bank-bank besar Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, membatasi ekspor teknologi tinggi ke Rusia dan sangat membatasi penggunaan cadangan mata uang asing Moskwa.

Orang-orang Rusia di Moskwa dan kota-kota lain berbicara dengan AP tentang bagaimana langkah-langkah itu berdampak dalam kehidupan sehari-hari mereka.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by DW News (@dwnews)

Baca juga: POPULER GLOBAL: Kemana Kekuatan Udara Besar Rusia? | Pasukan Elite Chechnya Dilumpuhkan Ukraina

Anjloknya nilai rubel mendorong warga mengubah mata uang mereka menjadi mata uang asing, antrean panjang di ATM dan kartu bank tertentu yang gagal diproses.

Irina Biryukova di Yaroslavl, di kota sekitar 250 kilometer timur laut Moskwa, mengatakan dia hanya bisa menyetor sejumlah uang ke rekening banknya melalui ATM bank.

“Mayoritas ATM (dari bank ini) tidak berfungsi untuk menyetor (uang),” kata Biryukova.

Harga pangan, menurut beberapa pelaku usaha, juga sudah mulai melonjak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com