Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Mulai Rasakan Parahnya Dampak Sanksi dan Boikot atas Serangan ke Ukraina

Kompas.com - 03/03/2022, 08:07 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

“Semua bahan utama yang kami siapkan untuk produk kami telah naik harganya sebesar 30-40 persen,” kata Ilya Oktavin, yang menjalankan layanan pengiriman di bar sushi Perm.

Barang-barang tertentu juga lebih sulit didapat karena reaksi oleh perusahaan seperti Nike, yang pada Selasa (1/3/2022) malam. Perusahaan itu menghentikan penjualan online dengan pernyataan di situs web perusahaan yang mengatakan "tidak dapat menjamin pengiriman barang ke pembeli di Rusia."

Pada Rabu (2/3/2022), H&M mengumumkan penangguhan "semua penjualan" di negara tersebut.

Baca juga: Ingin Permalukan Rusia, Ukraina Undang Para Ibu dari Tentara Rusia Jemput Anaknya yang Tertangkap

Kritikus Kremlin melukiskan gambaran suram bagi Rusia.

"Kami menghadapi kenaikan harga, PHK massal, penundaan pembayaran tunjangan atau pensiun," tulis politisi oposisi Yulia Galyamina di Facebook, Rabu (2/3/2022).

“Kekurangan obat dan alat kesehatan. Armada mobil dan pesawat yang menua dan miskin. ... Kita akan mengingat kondisi terburuk seperti tahun 1990-an. Tapi saya hanya punya satu pertanyaan: untuk apa?”

Dalam upaya untuk mencegah kepanikan, pihak berwenang Rusia pada Selasa (2/3/2022) meluncurkan situs web khusus, berjudul "Kami Menjelaskan". Informasi itu berbicara tentang bagaimana berbagai bidang kehidupan terdampak di bawah tekanan sanksi.

Laporan yang mengkhawatirkan, seperti yang mengantisipasi lonjakan harga, atau mengatakan bahwa layanan tertentu tidak berfungsi, dibantah di situs web sebagai "palsu."

Baca juga: Pasukan Ukraina Bertempur di Kherson, Bantah Klaim Kota Telah Direbut Rusia

Beberapa orang Rusia, sementara itu, mengatakan bahwa bukan sanksi yang membuat mereka khawatir, tetapi serangan mematikan yang dilakukan Rusia terhadap negara tetangga.

“Anda tahu, sanksi paling tidak mengganggu saya. Saya khawatir Rusia membunuh orang di Ukraina,” kata warga Moskow Ivan Kozlov.

“Saya berharap itu menghentikan perang yang tidak diinginkan oleh orang waras dengan hati nurani dan mampu berbelas kasih dan welas asih di Rusia.”

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by DW News (@dwnews)

Sentimen anti-perang di Rusia telah tersebar luas.

Ribuan orang telah menandatangani surat terbuka dan petisi online menuntut untuk menghentikan invasi. Petisi online yang paling banyak didukung mengumpulkan lebih dari 1 juta tanda tangan dalam beberapa hari.

Warga Rusia di seluruh negeri telah turun ke jalan hampir setiap hari sejak serangan dimulai Kamis lalu (24/2/2022).

Lebih dari 7.000 pengunjuk rasa telah ditahan dalam seminggu terakhir, menurut OVD-Info, kelompok hak asasi yang melacak penangkapan politik, dengan hampir 600 penangkapan terjadi pada Rabu (2/3/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pasukan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera di Gaza

Pasukan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera di Gaza

Global
Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Global
[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

Global
WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com