KOMPAS.com - Gelombang demonstrasi meletus di seluruh dunia, ketika ribuan orang turun ke jalan dari London ke New York ke Teheran untuk mengecam serangan Rusia ke Ukraina.
Invasi Moskwa telah memicu kecaman global dan mendorong sanksi hukuman dari Barat, beberapa ditujukan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri.
Pada Sabtu (26/2/2022), demonstrasi pro-Ukraina diadakan di kota-kota di seluruh dunia untuk bergabung dengan seruan mengecam dan mendesak diakhirinya pertumpahan darah.
Di Swiss, ribuan orang berkumpul di seluruh negeri, termasuk sekitar 1.000 orang di luar markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa Eropa di Jenewa.
Demonstran yang mengenakan warna biru dan kuning nasional Ukraina berbondong-bondong ke "Broken Chair" - sebuah patung besar yang melambangkan korban perang sipil.
Para pengunjuk rasa menuntut tindakan lebih keras dari pemerintah, yang sejauh ini menghindari penerapan tindakan tegas, memilih untuk tetap lebih dekat dengan sikap "netral" tradisional negaranya.
Orang-orang Rusia sendiri juga turut berdemo di Swiss bergabung untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap perang, sembari memegang papan bertuliskan "Saya orang Rusia".
Baca juga: Jerman Akhirnya Setuju Kirim Senjata Langsung ke Ukraina
Lebih dari 3.000 orang berkumpul di kota Perancis Strasbourg, pusat organisasi hak asasi manusia Dewan Eropa. Pengunjuk rasa membawa plakat yang menyebut Putin sebagai pembunuh dan mendesak diakhirinya pertempuran.
"Putin dan seluruh anteknya harus membayar mahal untuk agresi ini dan menghadapi pengadilan internasional," kata Borys Tarasyuk, perwakilan tetap Ukraina untuk Dewan Eropa.
Di Perancis, protes berlangsung di Paris, Montpellier dan Marseille.
Di tetangga Rusia, Finlandia, ribuan orang berkumpul di ibu kota Helsinki meneriakkan "Rusia pergi, kalahkan Putin!"
Sekitar 3.000 orang berkumpul di Wina, dengan plakat buatan sendiri bertuliskan slogan-slogan seperti termasuk "Hentikan Perang" dan pidato dari komunitas Ukraina Austria.
Lebih dari 1.000 demonstran menjawab seruan serikat pekerja dan LSM di Roma tengah, berkerumun di sekitar podium bertuliskan "Melawan Perang".
Baca juga: Ukraina Bersumpah Terus Maju Lawan Rusia, Sekutu Barat Berusaha Bantu lewat Sanksi
Di Georgia, hampir 30.000 orang turun ke jalan-jalan di Tbilisi Jumat (25/2/2022) malam, mengibarkan bendera Ukraina dan Georgia dan menyanyikan lagu kebangsaan kedua negara.
Serangan Rusia ke Ukraina bergema kuat di Georgia, sesama bekas republik Soviet yang mengalami invasi Rusia yang menghancurkan pada 2008.
"Kami bersimpati kepada Ukraina, mungkin lebih dari negara lain, karena kami telah mengalami agresi barbar Rusia di tanah kami," Niko Tvauri, seorang sopir taksi berusia 32 tahun, mengatakan kepada AFP.
Meri Tordia yang bekerja sebagai guru menambahkan: "Ukraina berdarah, dunia menyaksikan dan berbicara tentang sanksi yang tidak akan menghentikan Putin."
Lebih dari 2.000 pengunjuk rasa berkumpul di luar kedutaan Rusia di ibu kota Yunani Athena pada Jumat (25/2/2022) malam menyusul seruan oleh partai-partai Syriza yang secara tradisional pro-Rusia dan sayap kiri dan lebih banyak demonstrasi menyusul pada Sabtu (26/2/2022).
Baca juga: Pasukan Rusia Mendekat dari Semua Sisi, Ibu Kota Ukraina Siaga Tinggi
Ribuan orang mengambil bagian dalam prosesi obor ke Colosseum, salah satu landmark utama ibukota Italia, pada Jumat (25/2/2022) malam.
Putin adalah target utama demonstrasi, dengan spanduk terlihat menggambarkan dirinya sebagai seorang pembunuh dengan tangan berlumuran darah dan membandingkannya dengan diktator Nazi Adolf Hitler yang bertuliskan: "Dapatkah Anda mengenali kapan sejarah berulang?"
"Kami selalu dekat dengan orang-orang Ukraina," Maria Sergi, seorang Italia kelahiran Rusia berusia 40 tahun, mengatakan kepada AFP. "Perasaan ketidakberdayaan kami sangat besar."
Sekitar seribu demonstran anti-perang menggelar protes di Barcelona Sabtu (26/2/2022), kata polisi setempat.
Dimitri, seorang desainer Rusia yang tinggal di Barcelona, mengatakan dia khawatir sanksi akan membuat perkembangan di Rusia mundur.
"Kita semua akan menderita," kata pria berusia 37 tahun itu kepada AFP.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina: Gagalnya Upaya Diplomasi?
Di Inggris, ratusan pengunjuk rasa menuju ke kedutaan Rusia di London, dengan beberapa merusak tanda jalan yang disebut "St. Petersburgh Place" di seberang kedutaan, dengan darah palsu.
Sekitar 50 orang di Teheran berkumpul di kedutaan Keiv untuk Iran, seorang koresponden AFP melihat, beberapa memegang lilin dan bendera Ukraina dan meneriakkan menentang perang dan Putin.
Pada Sabtu (26/2/2022) dilaporkan Protes juga berlangsung di Israel, Estonia dan New York, Kanada, hingga Argentina .