Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Ukraina: Akankah China Tetap Dukung Rusia?

Kompas.com - 26/02/2022, 21:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KIEV, KOMPAS.com - Saat KTT Keamanan Munchen berlangsung pekan lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, norma mendasar dari hubungan internasioanal mencakup penghormatan terhadap kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial negara mana pun, termasuk Ukraina.

Beberapa hari setelah pidato Wang Yi, Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina melalui jalur darat, udara dan laut, dari tiga arah, dan menggenapi apa yang telah diprediksi oleh dinas intelijen Barat selama beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Presiden Ukraina: Pasukan Rusia Berhasil Dipukul Mundur dari Ibu Kota Kiev!

Dalam konferensi pers pada Kamis (24/2/2022), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengkritik para wartawan yang menggunakan kata "invasi" sebagai metode pertanyaan "khas Barat".

Ketika roket Rusia menghantam kota-kota Ukraina, Hua kembali mengulangi apa yang menjadi tanggapan standar China terhadap konflik tersebut, dan menyerukan semua pihak agar menahan diri demi mencegah situasi menjadi tidak terkendali.

Pada hari itu juga, di Twitter, Hua mengeklaim bahwa China mendukung keadilan dan perdamaian, seraya menambahkan bahwa banyak negara yang menyelesaikan perselisihan internasional secara damai sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB.

Beijing menyadari bahwa Piagam PBB melarang penggunaan kekuatan senjata dalam hubungan internasional kecuali dalam kasus pembelaan diri.

Baca juga: Perlawanan Ukraina Jauh Lebih Kuat dari Dugaan Rusia, Moskwa Kehilangan Momentum

Diplomasi permainan kata ala China

Apakah Kementerian Luar Negeri China memberi petunjuk tidak langsung kepada Moskwa agar membatalkan invasi, meski Beijing tidak ingin menggunakan istilah itu?

Tampaknya tidak. Besar kemungkinan Beijing akan terus berusaha menerapkan retorika yang meyakinkan dunia bahwa China adalah negara yang cinta damai, sementara pada saat yang sama diam-diam mendukung Putin dengan menuduh AS sebagai penghasut perang, pakar China Didi Kirsten Tatlow, dari Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman, menjelaskan kepada DW.

Retorika damai China akan kurang efektif kecuali Beijing mengambil tindakan nyata dan secara terbuka di publik untuk menentang agresi Rusia di Ukraina, katanya.

Ujian terhadap posisi yang siap diambil China akan terlihat selama pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Jumat (25/2/2-22) saat memberikan suara pada resolusi pimpinan AS yang mengutuk agresi Rusia di Ukraina.

Jika China abstain, seperti yang diharapkan, dukungan diam-diamnya terhadap Moskwa "akan menjadi lebih jelas," kata Tatlow.

Baca juga: Rusia Peringatkan Media: Yang Betul Operasi Militer Khusus, Bukan Deklarasi Perang atau Invasi

Mungkinkah China bersekutu dengan AS?

"Xi Jinping jelas tidak tertarik untuk bergabung dengan AS," tambah Tatlow. "Dia dan Partai Komunis China secara terbuka menolak demokrasi. Tidak masuk akal untuk mengharapkan dia mengubah posisinya secara fundamental. Dia akan melihat itu sebagai 'menjual' China," katanya.

"Mungkin jika situasinya berkembang sangat negatif bagi China, dia mungkin mengubah posisinya," kata Tatlow, "tetapi kita belum dapat mengetahuinya."

Utusan China untuk PBB Zhang Jun mengatakan pada Kamis bahwa pintu menuju solusi damai belum sepenuhnya tertutup. Sehari setelah itu, pihak berwenang Ukraina melaporkan lebih dari 130 orang tewas pada hari pertama invasi.

Baca juga: Pasukan Moskwa Gempur Ukraina 3 Hari Berturut-turut, Media Rusia Klaim Rebut Kota Pertama

China hadapi dilema

Bertahun-tahun di bawah pemerintahan Xi, China berupaya untuk menampilkan sistemnya sebagai alternatif dari model tatanan internasional yang dipimpin Barat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com