Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Universitas di Afghanistan Kembali Dibuka, Hanya Sedikit Wanita yang Kembali Kuliah

Kompas.com - 27/02/2022, 09:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Universitas-universitas utama Afghanistan dibuka kembali Sabtu (26/2/2022).

Kampus dibuka enam bulan setelah Taliban kembali berkuasa, tetapi hanya sedikit perempuan yang kembali ke kelas yang sekarang dipisahkan.

Dilansir AFP, sebagian besar sekolah menengah untuk anak perempuan dan semua universitas negeri sebelumnya ditutup menyusul pengambilalihan Taliban pada 15 Agustus.

Baca juga: 6 Bulan Berkuasa, Taliban Hapus Unsur-unsur Pemerintahan Sebelumnya di Kabul

Hal ini memicu kekhawatiran perempuan akan dilarang mengenyam pendidikan seperti yang terjadi selama pemerintahan pertama kelompok Islam garis keras, dari 1996-2001.

Tapi Taliban pasca-pengambilalihan di tahun 2021 lalu bersikeras akan mengizinkan anak perempuan dan perempuan untuk belajar di sekolah, tetapi hanya di kelas terpisah dan sesuai dengan kurikulum Islam.

Pada Sabtu, Universitas Kabul, yang tertua dan terbesar di negara itu dengan jumlah mahasiswa sekitar 25.000 tahun lalu, dibuka kembali tanpa gembar-gembor. Namun, hanya sedikit mahasiswa yang hadir.

Penjaga Taliban menolak akses wartawan ke kampus yang luas dan mengusir tim media yang berlama-lama di dekat pintu masuk.

Baca juga: Taliban Buat Hari “Keluarnya Bangsa Asing” dari Afghanistan sebagai Hari Libur Nasional Baru

AFP pun berbicara kepada beberapa siswa jauh dari gerbang, yang mengungkapkan perasaan campur aduk setelah hari pertama mereka kembali.

"Saya senang universitas dibuka kembali. Kami ingin melanjutkan studi kami," kata seorang mahasiswa jurusan bahasa Inggris yang namanya hanya disebut Basira.

Namun dia mengatakan ada "beberapa kesulitan", termasuk siswa yang dimarahi oleh penjaga Taliban karena membawa ponsel mereka ke kelas.

"Mereka tidak berperilaku baik dengan kami, mereka kasar," katanya.

Siswa bahasa Inggris lainnya, Maryam, mengatakan hanya tujuh perempuan yang menghadiri kelasnya.

“Sebelumnya kami 56 siswa, laki-laki dan perempuan,” katanya.

"Ada juga kekurangan dosen," katanya, menambahkan. "Mungkin karena beberapa telah meninggalkan negara."

Baca juga: Sniper Top Taliban Jadi Wali Kota di Afghanistan

Gambaran serupa muncul dari kampus-kampus di seluruh negeri. Tidak ada pula mahasiswa yang kembali ke kelas di Universitas Panjshir, di jantung perlawanan yang baru lahir terhadap pemerintahan Taliban.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com