Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Umumkan Rencana Cabut Aturan Isolasi Mandiri untuk Orang yang Positif Covid-19

Kompas.com - 21/02/2022, 09:43 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

LONDON, KOMPAS.com - Orang yang Positif Covid-19 tidak akan diwajibkan secara hukum untuk melakukan isolasi mandiri di Inggris mulai minggu depan.

Pencabutan pembatasan Covid-19 terbaru itu diumumkan pemerintah Inggris sebagai bagian dari rencana untuk "hidup dengan Covid", yang juga kemungkinan akan memperkecil pengujian untuk virus corona.

Baca juga: Negara-negara Eropa Umumkan Rencana “Kembali ke Normal”, Akhir Februari hingga Maret

Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan mengakhiri semua pembatasan hukum yang dilakukan untuk mengekang penyebaran virus akan membuat orang-orang di Inggris "melindungi diri kita sendiri tanpa membatasi kebebasan kita."

Dia diperkirakan akan memaparkan rincian rencana tersebut di Parlemen pada Senin (21/2/2022) sebagaimana dilansir AP.

"Saya tidak mengatakan bahwa kita harus berhenti berhati-hati, tetapi sekarang adalah saatnya bagi semua orang untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri mereka," kata Johnson kepada BBC dalam sebuah wawancara yang disiarkan Minggu (20/2/2022).

“Kami telah mencapai tahap di mana kami pikir Anda dapat mengalihkan keseimbangan dari mandat negara, jauh dari melarang tindakan tertentu, memaksa tindakan tertentu, demi mendorong tanggung jawab pribadi.”

Tetapi beberapa penasihat ilmiah pemerintah mengatakan itu adalah langkah berisiko, yang dapat membawa lonjakan infeksi dan melemahkan pertahanan negara terhadap jenis virus yang lebih ganas di masa depan.

Baca juga: Ratu Elizabeth II Positif Covid-19, Gejala Ringan

Wes Streeting, juru bicara kesehatan untuk oposisi utama Partai Buruh, menuduh Johnson “menyatakan kemenangan sebelum perang usai.”

Pengingat bahwa virus corona masih menyebar luas datang dengan berita bahwa Ratu Elizabeth II dinyatakan positif Covid-19 pada Minggu (20/2/2022).

Istana Buckingham mengatakan pemimpin monarki berusia 95 tahun itu mengalami gejala ringan seperti pilek.

Kembali ke normal ala Inggris

Pemerintah Konservatif Johnson mencabut sebagian besar pembatasan virus pada Januari, menghapus paspor vaksin dan mengakhiri mandat masker di sebagian besar tempat umum, selain dari rumah sakit di Inggris.

Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara, yang menetapkan aturan kesehatan masyarakatnya sendiri, juga telah terbuka, meski lebih lambat.

Kombinasi tingkat vaksinasi yang tinggi di Inggris dan varian omicron yang lebih ringan berarti pelonggaran pembatasan tidak menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian.

Keduanya turun, meskipun Covid-19 Inggris masih memiliki korban virus corona tertinggi di Eropa setelah Rusia, dengan lebih dari 160.000 kematian tercatat.

Baca juga: Singapura Belum Berencana Suntikkan Dosis Keempat Vaksin Covid-19

Di Inggris, 85 persen orang berusia 12 tahun ke atas telah mendapatkan dua dosis vaksin dan hampir dua pertiganya telah mendapatkan suntikan vaksin dosis ketiga (booster).

Sekarang pemerintah Konservatif mengatakan akan menghapus "semua peraturan Covid domestik yang tersisa yang membatasi kebebasan publik" sebagai bagian dari "beralih dari intervensi pemerintah ke tanggung jawab pribadi."

Persyaratan hukum untuk mengisolasi setidaknya selama lima hari setelah tes positif Covid-19 akan diganti dengan tindakan imbauan, dan virus corona akan diperlakukan lebih seperti flu karena menjadi endemik.

Rencana baru meyakini vaksin dan perawatan menjaga virus tetap terkendali, meskipun pemerintah mengatakan "sistem pengawasan dan tindakan darurat akan dipertahankan" jika diperlukan.

“Covid tidak akan tiba-tiba hilang, dan kita perlu belajar untuk hidup dengan virus ini dan terus melindungi diri kita sendiri tanpa membatasi kebebasan kita,” kata Johnson.

Baca juga: Bill Gates: Setelah Covid-19, Pandemi Lain mungkin Segera Terjadi

Masih banyak yang belum diketahui

Tetapi para ilmuwan menekankan bahwa masih banyak yang belum diketahui tentang virus tersebut. Selain itu, varian masa depan yang mungkin lebih parah daripada jenis omicron yang dominan saat ini bisa saja muncul.

The New and Emerging Virus Threats Advisory Group, yang memberi nasihat kepada pemerintah, mengatakan pekan lalu bahwa gagasan virus menjadi semakin ringan “adalah kesalahpahaman umum.”

Dikatakan penyakit ringan yang terkait dengan omicron "kemungkinan merupakan peristiwa kebetulan" dan varian di masa depan bisa lebih parah atau menghindari vaksin saat ini.

Pemodel epidemi yang menyarankan pemerintah juga memperingatkan bahwa “perubahan mendadak, seperti berakhirnya pengujian dan isolasi, memiliki ruang lingkup untuk mengarah pada kembalinya pertumbuhan epidemi yang cepat” jika orang tidak berhati-hati.

Para ilmuwan juga khawatir pemerintah mungkin mengakhiri Survei Infeksi yang dilakukan oleh Kantor Statistik Nasional, yang dianggap sangat berharga karena menguji orang apakah mereka memiliki gejala atau tidak.

"Ini bukan waktunya untuk mengambil risiko," kata Matthew Taylor, kepala eksekutif Konfederasi NHS, kelompok otoritas kesehatan yang didanai negara di Inggris.

“Kita perlu beroperasi dengan cara berbasis bukti dan bertahap.”

Baca juga: Pelonggaran Covid-19 Singapura, Jaga Jarak Tidak Perlu jika Bermasker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com