Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Barat Sebut Invasi Rusia sudah Dekat, Warga Timur Ukraina Santai dan Adem Ayem Saja

Kompas.com - 16/02/2022, 15:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

KIEV, KOMPAS.com - Dunia ini paradoks. Di balik hitam selalu ada putih. Di balik ketegangan, pasti ada nyanyian riang.

Begitulah yang terjadi di kota Mariupol, Ukraina.

Sebelumnya, pemantau pertahanan mengatakan pada Selasa (15/2/2022) bahwa Rusia memindahkan beberapa perangkat militer dari perbatasan dengan Ukraina.

Baca juga: Parlemen Rusia: Kami Lakukan Segala Daya Cegah Perang dengan Ukraina

Tapi, Barat tetap yakin masih ada ancaman terhadap Ukraina.

Amerika Serikat dan Inggris malah menyebut, serangan bisa datang kapan saja dan tanpa peringatan.

Presiden AS Joe Biden dilaporkan mengatakan kepada para pemimpin Barat bahwa kemungkinan tanggal serangan adalah 16 Februari, yang mungkin didahului oleh rentetan serangan rudal dan serangan siber.

Namun, dilansir Al Jazeera, ketika peringatan keras menghantam surat kabar Barat, orang-orang di Mariupol di timur Ukraina, yang hanya 10 kilometer dari zona konflik, malah bernyanyi bersama dalam musik live dan berpesta hingga dini hari.

Mereka makan di restoran dan hanya ada sedikit tanda bahwa mereka mengalami gejala "panic buying".

Baiknya hidup terus berjalan. Tak perlu pusingkan perang.

Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Ancam Pasokan Gas Alam ke Eropa

“Rasanya Barat jauh lebih memperhatikan kami daripada kami sendiri,” kata Ihor Chertov, wakil kepala unit Penjaga Pantai kota, yang berpatroli di Laut Azov untuk mencari kapal perang.

Bahkan ketika serangan siber dimulai pada Selasa malam, dengan dua bank dan situs web kementerian pertahanan dihentikan, pembeli supermarket di pusat Mariupol, yang merupakan rumah bagi setengah juta orang, tetap tenang.

Ukraina tahu betul ancaman dari Rusia, setelah kehilangan sekitar 14.000 nyawa karena konflik yang didukung Rusia di timur negara sejak 2014.

Tetapi banyak yang sudah terbiasa hidup di bawah bayang-bayang Presiden Vladimir Putin. Mariupol sendiri sempat dikuasai separatis.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah lama mengatakan bahwa, meskipun dia yakin Rusia mengancam akan menyerang negaranya, kemungkinan invasi yang akan segera terjadi telah dibesar-besarkan oleh Barat.

Pemerintahnya telah mendeklarasikan 16 Februari sebagai "Hari Persatuan", mendorong masyarakat untuk mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan daripada diliputi rasa takut.

Baca juga: Ini Imbauan KBRI Kiev untuk WNI di Ukraina dan WNI di Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com