Selain melatih unit cadangan sipil untuk siap siaga jika diperlukan, hanya sedikit yang telah dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat tentang apa yang harus mereka lakukan jika sesuatu benar-benar terjadi.
“Kebanyakan orang kesulitan memahami apa yang harus dilakukan jika terjadi pengeboman. Tidak ada persiapan. Banyak orang tidak berpikir ada ancaman nyata dan kredibel,” kata Peter Zalmayev, direktur Inisiatif Demokrasi Eurasia, sebuah wadah pemikir di negara-negara pasca-Soviet.
Mariupol rentan terhadap serangan dari tiga sisi, dengan Rusia di utara, wilayah yang dikuasai separatis di barat dan, dan di timur, yakni Laut Azov, yang wilayahnya dibagi antara Ukraina dengan Rusia.
Namun untuk negara yang telah melewati delapan tahun perang, apa pun bisa menjadi normal dengan Rusia sebagai tetangga.
Baca juga: Biden ke Putin: Mundur dari Ambang Perang dengan Ukraina!
Sementara dukungan Barat dalam bentuk diplomasi dan perlengkapan militer dihargai secara luas, peringatan akan serangan "segera" dipandang sebagai rasa takut.
Putin telah mengatakan bahwa tidak ada rencana untuk menyerang dan pada hari Selasa, dan mengatakan bahwa Rusia tidak menginginkan perang di Eropa.
Sebaliknya, banyak yang percaya kebuntuan atas Ukraina adalah situasi yang akan bertahan lama. Hidup akan tetap berjalan seperti biasa...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.