Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Barat Sebut Invasi Rusia sudah Dekat, Warga Timur Ukraina Santai dan Adem Ayem Saja

KIEV, KOMPAS.com - Dunia ini paradoks. Di balik hitam selalu ada putih. Di balik ketegangan, pasti ada nyanyian riang.

Begitulah yang terjadi di kota Mariupol, Ukraina.

Sebelumnya, pemantau pertahanan mengatakan pada Selasa (15/2/2022) bahwa Rusia memindahkan beberapa perangkat militer dari perbatasan dengan Ukraina.

Tapi, Barat tetap yakin masih ada ancaman terhadap Ukraina.

Amerika Serikat dan Inggris malah menyebut, serangan bisa datang kapan saja dan tanpa peringatan.

Presiden AS Joe Biden dilaporkan mengatakan kepada para pemimpin Barat bahwa kemungkinan tanggal serangan adalah 16 Februari, yang mungkin didahului oleh rentetan serangan rudal dan serangan siber.

Namun, dilansir Al Jazeera, ketika peringatan keras menghantam surat kabar Barat, orang-orang di Mariupol di timur Ukraina, yang hanya 10 kilometer dari zona konflik, malah bernyanyi bersama dalam musik live dan berpesta hingga dini hari.

Mereka makan di restoran dan hanya ada sedikit tanda bahwa mereka mengalami gejala "panic buying".

Baiknya hidup terus berjalan. Tak perlu pusingkan perang.

“Rasanya Barat jauh lebih memperhatikan kami daripada kami sendiri,” kata Ihor Chertov, wakil kepala unit Penjaga Pantai kota, yang berpatroli di Laut Azov untuk mencari kapal perang.

Bahkan ketika serangan siber dimulai pada Selasa malam, dengan dua bank dan situs web kementerian pertahanan dihentikan, pembeli supermarket di pusat Mariupol, yang merupakan rumah bagi setengah juta orang, tetap tenang.

Ukraina tahu betul ancaman dari Rusia, setelah kehilangan sekitar 14.000 nyawa karena konflik yang didukung Rusia di timur negara sejak 2014.

Tetapi banyak yang sudah terbiasa hidup di bawah bayang-bayang Presiden Vladimir Putin. Mariupol sendiri sempat dikuasai separatis.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah lama mengatakan bahwa, meskipun dia yakin Rusia mengancam akan menyerang negaranya, kemungkinan invasi yang akan segera terjadi telah dibesar-besarkan oleh Barat.

Pemerintahnya telah mendeklarasikan 16 Februari sebagai "Hari Persatuan", mendorong masyarakat untuk mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan daripada diliputi rasa takut.

Selain melatih unit cadangan sipil untuk siap siaga jika diperlukan, hanya sedikit yang telah dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat tentang apa yang harus mereka lakukan jika sesuatu benar-benar terjadi.

“Kebanyakan orang kesulitan memahami apa yang harus dilakukan jika terjadi pengeboman. Tidak ada persiapan. Banyak orang tidak berpikir ada ancaman nyata dan kredibel,” kata Peter Zalmayev, direktur Inisiatif Demokrasi Eurasia, sebuah wadah pemikir di negara-negara pasca-Soviet.

Mariupol rentan terhadap serangan dari tiga sisi, dengan Rusia di utara, wilayah yang dikuasai separatis di barat dan, dan di timur, yakni Laut Azov, yang wilayahnya dibagi antara Ukraina dengan Rusia.

Namun untuk negara yang telah melewati delapan tahun perang, apa pun bisa menjadi normal dengan Rusia sebagai tetangga.

Sementara dukungan Barat dalam bentuk diplomasi dan perlengkapan militer dihargai secara luas, peringatan akan serangan "segera" dipandang sebagai rasa takut.

Putin telah mengatakan bahwa tidak ada rencana untuk menyerang dan pada hari Selasa, dan mengatakan bahwa Rusia tidak menginginkan perang di Eropa.

Sebaliknya, banyak yang percaya kebuntuan atas Ukraina adalah situasi yang akan bertahan lama. Hidup akan tetap berjalan seperti biasa...

https://www.kompas.com/global/read/2022/02/16/150000570/barat-sebut-invasi-rusia-sudah-dekat-warga-timur-ukraina-santai-dan-adem

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke