MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia bersikeras tidak memiliki rencana menyerang Ukraina, meski mengerahkan 100.000 tentara dan senjata berat di dekat perbatasan.
Sementara Moskwa juga menuntut agar NATO mengesampingkan minat keanggotaan negara bekas Soviet itu, atau maju ke wilayah yang dinilai Kremlin sebagai “halaman belakang” wilayah negaranya.
Hal itu disampaikan negosiator Rusia dalam perundingan dengan AmerS, setelah hari pertama pembicaraan keamanan yang genting pada Senin (10/1/2022), mengindikasikan masih besarnya perbedaan pendapat antara keduanya.
Baca juga: Ukraina Minta Rusia Kurangi Ketegangan di Wilayah Perbatasan
Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan Rusia mengeklaim tidak bermaksud untuk menyerang Ukraina, dan bahwa peningkatan itu sebagai 'manuver biasa.'
"Kami tidak akan mengizinkan siapa pun menutup kebijakan pintu terbuka NATO," ujar Sherman menanggapi klaim Rusia melansir Daily Mail.
Ukraina telah mencari keanggotaan NATO, sejak Rusia mencaplok wilayahnya di Krimea pada 2014.
Pada panggilan konferensi dengan wartawan, Sherman menambahkan bahwa Rusia dapat membuktikan bahwa mereka tidak berniat menyerang, dengan mengembalikan pasukan ke barak mereka.
Jika pasukan Moskwa mundur, pihak AS telah mengindikasikan terbuka untuk ide-ide lain, seperti membatasi latihan AS di Eropa Timur dan penyebaran rudal di Ukraina.
Kyiv dan sekutunya di Washington khawatir 100.000 tentara bersiap untuk menyerang, delapan tahun setelah Rusia merebut semenanjung Krimea.
Baca juga: Pembicaraan AS-Rusia Buntu, Moskwa Langsung Gelar Latihan Militer Dekat Ukraina
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengajukan tuntutan Moskwa, termasuk agar aliansi NATO mengakhiri aktivitasnya di negara-negara Eropa tengah dan timur yang bergabung setelah runtuhnya Uni Soviet.
"Kami tidak punya niat untuk menyerang Ukraina," katanya.
Dan dia memperingatkan bahwa Rusia akan menanggapi dengan cara 'teknis militer' jika pembicaraan gagal, yang menurut para analis kemungkinan merupakan ancaman untuk menyebarkan kembali rudal nuklir jarak menengah di Eropa.
“Sayangnya kami memiliki perbedaan besar dalam pendekatan prinsip kami untuk ini. AS dan Rusia dalam beberapa hal memiliki pandangan yang berlawanan tentang apa yang perlu dilakukan, katanya.
Eskalasi telah meningkatkan ketegangan antara Moskwa dan Washington ke tingkat tertinggi sejak Perang Dingin.
Baca juga: Ukraina Minta Rusia Kurangi Ketegangan di Wilayah Perbatasan
Pembicaraan Senin (10/1/2022) diikuti oleh pertemuan Rusia-NATO di Brussel pada Rabu (12/1/2022), sebelum pembicaraan di Wina tentang Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa.