Carolyn bertemu Ghislaine Maxwell ketika dia datang ke rumah Epstein pada 2001. Maxwell, katanya, menyuruh Virginia untuk membawa Carolyn ruang pijat di lantai atas dan "menunjukkan kepadanya yang harus dilakukan."
Jaksa berkata kepada juri bahwa dalam periode waktu ini, Maxwell telah merancang skema piramida pelecehan sehingga ia tak lagi harus secara pribadi mencari gadis-gadis muda untuk Epstein.
Sebaliknya, mereka akan memberi hadiah berupa uang ekstra kepada gadis-gadis rentan yang membawa orang baru.
Carolyn dibayar ratusan dolar untuk "memijat" Epstein pada lebih dari 100 pertemuan sampai dia "menjadi terlalu tua." Dia membawa tiga teman perempuan lainnya ke Epstein.
Carolyn bercerita bahwa Maxwell pernah berkata kepadanya "dia punya bodi yang bagus untuk Epstein dan teman-temannya" sebelum menyentuh payudaranya.
Maxwell dinyatakan bersalah atas lima dakwaan:
Gadis-gadis remaja yang datang seringkali berasal dari rumah tangga bermasalah. Keluarga mereka menghadapi hal-hal seperti kebangkrutan, penyalahgunaan obat, atau riwayat kekerasan seksual.
Dan bahkan bila tidak demikian, Ghislaine Maxwell dan Epstein memikat mereka dengan persahabatan, hadiah, dan janji untuk membantu karier atau membiayai pendidikan mereka.
Proses "grooming" (upaya merawat untuk membujuk atau mengambil hati calon korban pelecehan seksual) itu, kata jaksa, adalah bagian penting dari "buku pedoman" Maxwell.
Dia kemudian menggunakan pijat sebagai dalih untuk membuat gadis-gadis itu menyentuh Epstein dan menormalkan kontak seksual.
Baca juga: 216.000 Korban Pelecehan Seksual terhadap Anak Ditemukan dalam Gereja Katolik Perancis
Jaksa berkata Maxwell akan mengantar gadis-gadis itu ke sebuah ruangan untuk dianiaya dan dilecehkan, dan kadang-kadang hadir di sana "untuk membuat semuanya terasa normal dan santai."
Dua korban lain dalam dakwaan berada pada atau di atas usia persetujuan (age of consent) di tempat-tempat pelecehan terjadi, dan karena itu hakim memutuskan tindakan seks terhadap mereka tidak ilegal.
Namun, Kate, bukan nama sebenarnya, dan Annie Farmer, yang secara terang-terangan mengungkap identitas dirinya, sama-sama memberikan kesaksian yang kuat untuk membuktikan taktik grooming Maxwell.
Keluarga Ghislaine Maxwell mengeluh tentang perlakuan terhadapnya di penjara, mengatakan itu sama dengan penyiksaan.
Namun demikian, di pengadilan, Maxwell adalah terdakwa yang sangat bersemangat dan sigap. Dia mempelajari bukti-bukti dengan cermat, menatap mata para saksi, dan kerap memberikan catatan kepada pengacaranya untuk menyampaikan apa yang dia pikirkan.
Dia terlihat sedang dalam suasana hati yang baik, memeluk tim pengacaranya, dan mengirimkan ciuman dan melambaikan tangan kepada keluarganya di pengadilan.
Pembangkangan kerasnya paling terlihat ketika hakim Alison Nathan bertanya kepadanya apakah dia akan bersaksi untuk membela dirinya sendiri.
Alih-alih menanggapi hakim dengan jawaban sederhana ya atau tidak, dia malah berdiri dan berkata kepada pengadilan bahwa dia "tidak perlu" melakukannya karena pihak penuntut belum membuktikan tuduhan mereka.
Namun argumen pembelaannya, sebaliknya, kurang kuat. Pengacara-pengacaranya hanya memanggil sembilan saksi selama dua hari. Strategi mereka sangat bergantung pada mencari-cari kekurangan dalam argumen jaksa, yang menanggung beban untuk membuktikan tuduhan mereka tanpa keraguan (beyond reasonable doubt).
Seluruh dasar kasus penuntutan bertumpu pada kredibilitas empat korban. Karena kesaksian mereka yang begitu meyakinkan para juri itulah, Ghislaine Maxwell dihukum.
Baca juga: Eks Gubernur New York Andrew Cuomo Didakwa dengan Kejahatan Seksual