Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gabriel Boric, Politisi Milenial Terpilih sebagai Presiden Chile yang Baru

Kompas.com - 20/12/2021, 11:40 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN, AP

SANTIAGO, KOMPAS.com - Seorang milenial haluan kiri, yang menjadi terkenal selama protes anti-pemerintah, Gabriel Boric terpilih sebagai presiden Chile berikutnya pada Minggu (19/12/2021).

Dia terkenal setelah kampanye keras terhadap pasar bebas hingga disamakan dengan Donald Trump.

Dengan 68 persen dari 46.887 TPS melaporkan, Gabriel Boric memperoleh 55 persen suara, dibandingkan dengan 45 persen untuk lawannya, anggota parlemen Jose Antonio Kast.

Baca juga: Profil Sebastian Pinera, Presiden Chile

Kast mengakui kekalahan dan menelepon lawannya untuk memberi selamat kepadanya atas "kemenangan besar", saat para pendukung Boric berkumpul di pusat kota Santiago untuk merayakannya.

Sebelumnya Kast, yang memiliki sejarah membela kediktatoran militer Chile di masa lalu, unggul dalam putaran pertama pemungutan suara bulan lalu. Tetapi dia gagal mendapatkan mayoritas suara, sehingga bersaing ketat melawan Boric, yang finis dua poin di belakang.

Presiden Gabriel Boric yang masih berusia 35 tahun, akan menjadi presiden modern termuda Chile. Dia termasuk di antara beberapa aktivis yang terpilih menjadi anggota Kongres pada 2014, setelah memimpin protes untuk pendidikan berkualitas tinggi.

Dalam kampanye dia mengatakan akan "mengubur" model ekonomi neoliberal yang ditinggalkan oleh Pinochet, dan menaikkan pajak pada "orang super kaya" untuk memperluas layanan sosial, melawan ketidaksetaraan dan meningkatkan perlindungan lingkungan.

Boric mencalonkan diri dengan tiket koalisi luas yang mencakup Partai Komunis dan memperjuangkan model negara kesejahteraan.

Baca juga: Rebutan Wilayah dengan Argentina, Presiden Chile Dukung Klaim Negaranya

Dia berjanji untuk mengatasi ketidaksetaraan yang meningkat di negara itu. Serta dengan lebih banyak penasihat sentris ke dalam timnya, dia berjanji setiap perubahan akan dilakukan secara bertahap dan bertanggung jawab secara fiskal.

Bulan lalu, dalam pemungutan suara putaran pertama, ia memenangkan hampir 26 persen dari bagian surat suara.

Bagi para pengkritiknya, Boric adalah radikal dan tidak berpengalaman. Tetapi kualitas-kualitas itu juga mendorong popularitasnya di kalangan anak muda Chile. Banyak dari mereka mengenalnya selama dua tahun terakhir kerusuhan sosial.

Pada Oktober 2019, protes besar-besaran mengguncang negara itu ketika ribuan orang berdemonstrasi untuk pensiun yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik, dan berakhirnya sistem ekonomi yang mereka yakini berpihak pada elite.

Boric dengan cepat menjadi perwakilan paling vokal dari gerakan sosial ini, dan meningkatkan kepemimpinannya dengan menolak warisan koalisi kiri-tengah yang memerintah dari 1990 hingga 2010.

Baca juga: Sudah Tepat, Chile Bela Vaksin Covid-19 Sinovac di Tengah Isu Soal Efektivitas Penggunaan

Sosiolog dan ahli strategi komunikasi Eugenio Tironi mengatakan kepada CNN bahwa kebijakan Boric mencentang semua kebutuhan untuk kaum milenium.

“Visinya berhubungan dengan agenda abad ini: Perubahan iklim, feminisme, desentralisasi, ekonomi hijau, keragaman, dan demokrasi langsung,” kata Tironi.

Pablo Argote, seorang peneliti ilmu politik di Universitas Columbia mengatakan bahwa Boric lebih banyak diwakili oleh pemilih berusia 35 tahun ke bawah, dan pemungutan suara sangat baik di antara mereka yang berusia di bawah 25 tahun.

"Dia mewujudkan perubahan lebih baik daripada kandidat lain," kata Argote.

"Dalam politik, intensitas preferensi itu penting, fakta bahwa orang merasa sangat bersemangat tentang seorang kandidat itu penting. Dan Boric memiliki itu," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com