Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Keluarkan Aturan Baru: Wanita Afghanistan Haram Main Drama TV

Kompas.com - 22/11/2021, 14:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

KABUL, KOMPAS.com - Taliban mengeluarkan aturan baru yang mengharamkan para wanita Afghanistan tampil dalam drama televisi diikuti aturan penyiaran lainnya.

Melansir BBC pada Senin (22/11/2021), pemerintah Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban mengeluarkan kumpulan aturan sebagai pedoman terbaru untuk saluran televisi negara.

Pertama, haram bagi wanita Afghanistan tampil dalam drama televisi.

Baca juga: COP26 Rampung, Diwarnai Drama Batu Bara di Menit-menit Terakhir

Kedua, wartawan dan presenter wanita Afghanistan diharuskan memakai jilbab dalam siaran di layar televisi. Namun, tidak secara jelas menyebutlan jilbab atau jenis penutup seperti apa yang dimaksud.

Para wartawan mengatakan beberapa aturan tidak jelas dan dapat ditafsirkan secara subjektif.

Selain itu, Taliban juga melarang penayangan film yang dianggap bertentangan dengan prinsip Syariah (hukum Islam) dan nilai-nilai Afghanistan, termasuk pria dilarang memperlihatkan bagian tubuh intim.

Kemudian, terdapat pelarangan pertunjukkan komedi dan hiburan yang menghina agama atau mungkin dianggap menyinggung warga Afghanistan.

Baca juga: Palestina Kecam Drama TV yang Promosikan Normalisasi dengan Israel

Ada juga pelarangan menyiarkan film-film asing yang mempromosikan nilai-nilai budaya asing.

Saluran televisi Afghanistan sebelumnya, banyak menayangkan drama asing dengan pemeran utama wanita.

Seorang anggota organisasi yang mewakili wartawan di Afghanistan, Hujjatullah Mujaddedi, mengatakan pengumuman pembatasan penyiaran baru itu tidak terduga.

Dia mengatakan kepada BBC bahwa beberapa aturan tidak praktis dan jika diterapkan, lembaga penyiaran mungkin terpaksa ditutup.

Keputusan Taliban sebelumnya untuk memerintahkan anak perempuan dan perempuan muda untuk tinggal di rumah karena dilarang sekolah, membuat Afghanistan menjadi satu-satunya negara di dunia yang melarang separuh penduduknya mendapatkan pendidikan.

Baca juga: Akhir Drama Sepatu Setan dan Nike: Produk Ditarik, Pembeli Dapat Refund

Wali kota Kabul, juga mengatakan kepada pegawai wanita Afghanistan untuk tinggal di rumah kecuali pekerjaan mereka tidak dapat diisi oleh seorang pria.

Taliban mengklaim bahwa pembatasan mereka terhadap perempuan yang bekerja dan anak perempuan yang bersekolah adalah "sementara", hanya berlaku untuk memastikan semua tempat kerja dan lingkungan belajar "aman" bagi mereka.

Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus 2021 dan banyak yang khawatir mereka secara bertahap memberlakukan pembatasan yang keras terhadap para penduduk.

Kelompok Islam militan, yang mengambil alih kendali setelah kepergian pasukan AS dan sekutu, segera menginstruksikan anak perempuan dan perempuan muda untuk tinggal di rumah dari sekolah.

Selama pemerintahan mereka sebelumnya pada 1990-an, wanita Afghanistan dilarang mendapatkan pendidikan dan pekerjaan.

Baca juga: Drama 10 Bayi Kembar Pertama di Dunia: Ibu Ditahan, Keberadaan Bayi Simpang Siur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com