Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

COP26 Rampung, Diwarnai Drama Batu Bara di Menit-menit Terakhir

Kompas.com - 14/11/2021, 06:41 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters,BBC

GLASGOW, KOMPAS.com – COP26 di Glasgow, Skotlandia, berakhir pada Sabtu (13/11/2021) dengan kesepakatan global yang bertujuan untuk menjaga batas pemanasan global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius.

KTT iklim PBB tersebut dengan demikian mempertahankan batas kenaikan suhu bumi untuk menyelamatkan dunia dari bencana perubahan iklim.

Presiden COP26 Alok Sharma tampak emosional sebelum mengetok palu dan memberi sinyal kelegaan bahwa tidak ada veto dari hampir 200 delegasi yang hadir di Glasgow tersebut.

Baca juga: COP26, Secercah Harapan di Babak Akhir Perundingan

Mulai dari negara adidaya berbahan bakar batu bara dan gas, produsen minyak, serta pulau-pulau Pasifik yang tertelan oleh naiknya permukaan air laut sepakat untuk menjaga batas kenaikan suhu bumi tak lebih dari 1,5 derajat Celsius.

COP26 yang sedianya berlangsung dua pekan di Glasgow diperpanjang satu hari karena adanya negosiasi yang alot sebagaimana dilansir Reuters.

Di menit-menit terakhir terjadi drama ketika India, yang didukung oleh China dan negara-negara lainnya yang bergantung pada batu bara, mengajukan keberatan atas bagian klausul dan meminta kata-kata mengenai PLTU batu bara ditulis ulang.

Klausul itu segera direvisi untuk meminta negara-negara mempercepat upaya mereka “menurunkan secara bertahap” PLTU batu bara, bukannya “menghapusnya”.

Baca juga: Perhitungan COP26, Suhu Bumi Diprediksi Naik 2,4 Derajat Celsius

Menteri Lingkungan Dan Iklim India Bhupender Yadav mengatakan, revisi itu diperlukan untuk mencerminkan keadaan nasional negara berkembang.

“Kami menjadi suara negara-negara berkembang,” kata Yadav kepada Reuters.

Dia menambahkan, batu bara selalu disorot selama pembicaraan COP26 namun tidak ada seruan serupa untuk menghentikan minyak bumi atau gas bumi.

“Kami melakukan upaya kami untuk membuat konsensus yang masuk akal bagi negara-negara berkembang dan masuk akal untuk keadilan iklim,” sambung Yadav.

Baca juga: Minggu Kedua COP26, Indonesia Pastikan Janji-janji Pendanaan Iklim

Yadav juga memaparkan bahwa negara-negara kaya secara historis sebenarnya telah menyumbang emisi gas rumah kaca yang sangat besar.

Melansir BBC, Yadav bertanya bagaimana negara-negara berkembang dapat berjanji untuk menghapus batu bara dan bahan bakar fosil secara bertahap ketika mereka masih harus berurusan dengan agenda pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Perubahan kata dalam perjanjian itu disambut kekecewaan oleh Uni Eropa, Swiss, dan negara-negara kepulauan kecil yang keberadaannya terancam oleh naiknya permukaan laut.

Sharma juga mengatakan dia sangat menyesal atas perubahan tersebut.

Baca juga: Negara Terancam Tenggelam, Menlu Tuvalu Bikin Pernyataan COP26 di Laut

Kendati demikian, semua delegasi membiarkan perubahan kata dalam konsensus mengenai batu bara tersebut demi kesepakatan keseluruhan.

Pada akhirnya delegasi negara-negara lain setuju untuk “menurunkan secara bertahap” batu bara bukannya “menghapusnya” adalam perjanjian.

“Teks yang disetujui adalah kompromi. Mereka mencerminkan kepentingan, kondisi, kontradiksi, dan keadaan kemauan politik di dunia saat ini,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

“Mereka mengambil langkah-langkah penting, tapi sayangnya kemauan politik kolektif tidak cukup untuk mengatasi beberapa kontradiksi yang mendalam,” sambung Guterres.

Baca juga: Soroti COP26, Walhi Tuntut Pemerintah Indonesia Prioritaskan Keadilan Iklim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters,BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com