Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita WNI di India Hidup Diselimuti Polusi Udara Parah: Sudah Biasa Seperti Ini

Kompas.com - 19/11/2021, 09:12 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Kemudian kembang api selama Festival Diwali memperburuk kualitas udara.

Beberapa negara bagian telah melarang penjualan dan penggunaan kembang api selama perayaan Diwali, tetapi penerapan larangan itu lemah di banyak negara bagian.

Sebuah studi tahun 2018 mendapati ada efek "kecil namun signifikan secara statistik" dari kembang api saat perayaan Diwali.

Sebuah laporan oleh Pusat Sains dan Lingkungan, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Delhi, menunjukkan bahwa konsentrasi PM2.5 meningkat selama Diwali pada 2018, 2019 dan 2020 di ibu kota.

Tidak semua kembang api menghasilkan banyak partikel PM2.5, namun kembang api mengandung berbagai zat beracun lainnya, termasuk logam berat. Dewan Pengendalian Polusi Pusat pemerintah sendiri mencantumkan 15 zat dalam kembang api yang katanya "berbahaya dan beracun".

Namun, ada sangat sedikit penelitian yang mengkuantifikasi secara pasti kontribusi yang kembang api terhadap kualitas udara yang buruk pada periode ini.

"Masalah tahunan'"

Agoes, yang tinggal di Delhi sejak 2013 guna menempuh studi di Universitas Jawaharlal Nehru, mengatakan warga Delhi menganggap kabut asap ini sebagai masalah tahunan.

"Sudah biasa seperti ini, jadi masalah ini masih terus ada sejak saya datang di sini. Biasanya terjadi di musim dingin," ujarnya.

Pria yang juga memiliki channel YouTube itu mengatakan kabut asap telah membuat ia dan keluarganya khawatir keluar rumah. Namun mereka tetap melakukannya pada sore hari dengan menggunakan masker N95.

"Rasa khawatir itu ada... jadi kita hanya keluar rumah pada saat memang diperlukan saja," kata Agoes.

Baca juga: Polusi Udara India Makin Parah, Taj Mahal Diselimuti Kabut Asap Berbahaya

Seorang gadis memprotes polusi udara di Kota Delhi.AFP/GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Seorang gadis memprotes polusi udara di Kota Delhi.
Agoes yang berasal dari Martapura, Kalimantan Selatan, mengatakan kabut asap di Delhi mengingatkannya pada peristiwa serupa di kampung halamannya beberapa tahun yang lalu. Namun, menurutnya, kabut asap di Delhi ini lebih parah.

"Kalau saya merasakan antara kota Martapura, tidak separah di kota New Delhi ini dari sisi waktu lamanya dan dari sisi jarak pandangnya saya pikir masih mending," ungkapnya.

Tahun ini, polusi menjadi begitu parah sehingga Mahkamah Agung India mengeluarkan peringatan keras, yang memerintahkan pemerintah negara bagian dan federal mengambil langkah-langkah "segera dan darurat" untuk mengatasi masalah tersebut.

Menyusul sidang di Mahkamah Agung, Komisi Manajemen Kualitas Udara Delhi mengadakan sebuah pertemuan dan langkah-langkah darurat diumumkan.

Langkah-langkah lain yang diumumkan oleh panel tersebut mencakup larangan masuk bagi truk ke Delhi dan negara-negara bagian tetangga Uttar Pradesh, Punjab, Haryana, dan Rajasthan hingga 21 November, kecuali yang membawa komoditas esensial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com