Peningkatan drastis persenjataan China, juga diduga ada kaitannya dengan memuncaknya eskalasi di kawasan, khususnya dengan Taiwan. Beijing berusaha mengimbangi kekuatan militer Washington yang terang-terangan mendukung Taipei.
Pemerintah AS meyakini, China mengembangkan beberapa skenario, dalam melakukan upaya untuk merebut kembali Taiwan, seperti kampanye blokade bersama terhadap Taiwan, invasi amfibi, serangan udara dan rudal, serangan siber, dan kemungkinan penyitaan wilayah lepas pantai.
Di saat memuncaknya kembali ketegangan antara China dan Taiwan, sebanyak 13 anggota parlemen dari komite Uni Eropa mengunjungi Taiwan selama tiga hari. Mereka tiba pada Rabu (3/11/2021) dan bertemu dengan Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang.
"Sudah saatnya bagi Uni Eropa untuk meningkatkan kerja samanya dengan Taiwan,” kata Raphael Glucksmann, Ketua Komite Campur Tangan Asing UE.
Baca juga: Asia Tenggara Akan Bergejolak, AS Tak Boleh Konfrontasi Fisik dengan China
Bulan lalu, parlemen Eropa mengeluarkan resolusi yang menyerukan badan tersebut untuk "mengintensifkan hubungan politik UE-Taiwan.” Resolusi yang tidak mengikat itu juga menyerukan perubahan nama kantor perwakilan di Taiwan menjadi Kantor Uni Eropa di Taiwan dan membuat perjanjian investasi bilateral dengan pulau itu.
Kunjungan itu dilakukan di tengah meningkatnya dukungan untuk Taiwan, yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya yang menyempal, dan meningkatnya persepsi negatif Beijing terhadap negara-negara Barat.
Tsai menyebut kunjungan itu "sangat signifikan” dan mengatakan Taiwan bersedia berbagi pengalamannya dalam memerangi disinformasi dan ia juga ingin membangun "aliansi demokratis” melawan disinformasi.
Baca juga: Biden Salah Ucap soal Taiwan, Timbulkan Kekhawatiran di China dan Asia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.