Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer China Berkembang Pesat di Luar Perkiraan Pentagon

Kompas.com - 05/11/2021, 20:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah laporan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang dirilis ke Kongres pada Rabu (3/11/2021) mengatakan, China menambah sangat banyak persediaan hulu ledak nuklir di gudang senjatanya. Kemajuan pesat di luar perkiraan Pentagon setahun lalu.

Laporan tersebut menyebutkan, menemukan bahwa China telah memperluas dan meningkatkan kapasitas persenjataan militernya.

Beijing sebelumnya secara terbuka menegaskan keinginan untuk menyamai atau bahkan melampaui Amerika Serikat sebagai negara adidaya global pada pertengahan abad ke-21.

 

Dalam laporannya, Pentagon menyatakan, mereka yakin China dapat meningkatkan jumlah hulu ledak nuklir di gudang senjatanya menjadi 1.000 pada tahun 2030, meski tidak mengungkap jumlah yang dimiliki China saat ini.

Baca juga: Pentagon: China Bisa Memiliki 1.000 Hulu Ledak Nuklir pada 2030

Hanya satu tahun yang lalu, Pentagon memprediksi China memiliki sekitar 200 hulu ledak nuklir yang kemungkinan akan berlipat ganda jumlahnya pada tahun 2030.

Apakah China sudah memiliki triad nuklir?

Pentagon juga meyakini, China kemungkinan sudah memiliki trio mekanisme sistem pengiriman yang dikenal sebagai triad nuklir, untuk meluncurkan hulu ledak nuklirnya melalui udara, darat, dan laut. Sistem ini telah dimiliki AS dan Rusia selama beberapa dekade.

Washington menilai, bagaimanapun juga China tidak mungkin meluncurkan serangan nuklir tanpa alasan.

Sebaliknya, Departemen Pertahanan AS percaya China sedang membangun sistem pencegahan yang kredibel dan menakuti musuh-musuhnya dengan ancaman nuklir jika Beijing diancam atau diprovokasi.

China mulai membangun setidaknya tiga medan peluncuran rudal baru, yang "secara kumulatif dapat menampung ratusan" silo bawah tanah di mana rudal balistik antarbenua (ICBM) dapat diluncurkan, demikian sebut laporan itu.

Laporan AS itu didasarkan pada informasi yang dikumpulkan hingga tahun 2020 dan tidak mengungkap ekspresi keprihatinan dari Ketua Kepala Gabungan Jenderal Mark Milley tentang uji coba senjata hipersonik yang dilakukan China musim panas lalu.

Sesaat sebelum laporan dirilis pada Rabu (3/11/2021), Milley mengatakan kepada Forum Keamanan Aspen bahwa uji coba rudal hipersonik China dan kemajuan lainnya mengonfirmasi prediksi lain.

"Kami menyaksikan salah satu pergeseran terbesar dalam kekuatan global dan geostrategis yang telah disaksikan dunia," katanya.

Baca juga: Jika China Perang Lawan Taiwan, Apa yang Akan AS Lakukan?

Upaya China menjadi kekuatan militer global

Pentagon mencatat bahwa senjata nuklir bukan satu-satunya area di mana militer China, Tentara Pembebasan Rakyat, ingin menguji kapasitas militer AS. China juga berupaya meningkatkan kekuatannya di semua domain, yaitu udara, darat, laut, ruang angkasa, dan dunia siber.

Departemen Pertahanan AS mengkhawatirkan, pangkalan luar negeri yang ingin dikembangkan China suatu hari nanti dapat "mengganggu" operasi militer AS dan bahkan mungkin mendukung operasi militer melawan AS. Presiden Xi Jinping mengatakan China akan menjadi kekuatan militer global pada tahun 2049.

Peningkatan persenjataan menyasar Taiwan?

Laporan itu juga mencatat kekhawatiran AS atas Taiwan, negara demokrasi dengan pemerintahan sendiri yang dipandang China sebagai wilayah yang memisahkan diri.

Peningkatan drastis persenjataan China, juga diduga ada kaitannya dengan memuncaknya eskalasi di kawasan, khususnya dengan Taiwan. Beijing berusaha mengimbangi kekuatan militer Washington yang terang-terangan mendukung Taipei.

Pemerintah AS meyakini, China mengembangkan beberapa skenario, dalam melakukan upaya untuk merebut kembali Taiwan, seperti kampanye blokade bersama terhadap Taiwan, invasi amfibi, serangan udara dan rudal, serangan siber, dan kemungkinan penyitaan wilayah lepas pantai.

Kunjungan delegasi UE ke Taiwan

Di saat memuncaknya kembali ketegangan antara China dan Taiwan, sebanyak 13 anggota parlemen dari komite Uni Eropa mengunjungi Taiwan selama tiga hari. Mereka tiba pada Rabu (3/11/2021) dan bertemu dengan Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang.

"Sudah saatnya bagi Uni Eropa untuk meningkatkan kerja samanya dengan Taiwan,” kata Raphael Glucksmann, Ketua Komite Campur Tangan Asing UE.

Baca juga: Asia Tenggara Akan Bergejolak, AS Tak Boleh Konfrontasi Fisik dengan China

Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang menerima kunjungan anggota parlemen Uni Eropa di Taipei.AP PHOTO/EXECUTIVE YUAN via DW INDONESIA Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang menerima kunjungan anggota parlemen Uni Eropa di Taipei.
Bulan lalu, parlemen Eropa mengeluarkan resolusi yang menyerukan badan tersebut untuk "mengintensifkan hubungan politik UE-Taiwan.” Resolusi yang tidak mengikat itu juga menyerukan perubahan nama kantor perwakilan di Taiwan menjadi Kantor Uni Eropa di Taiwan dan membuat perjanjian investasi bilateral dengan pulau itu.

Kunjungan itu dilakukan di tengah meningkatnya dukungan untuk Taiwan, yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya yang menyempal, dan meningkatnya persepsi negatif Beijing terhadap negara-negara Barat.

Tsai menyebut kunjungan itu "sangat signifikan” dan mengatakan Taiwan bersedia berbagi pengalamannya dalam memerangi disinformasi dan ia juga ingin membangun "aliansi demokratis” melawan disinformasi.

Baca juga: Biden Salah Ucap soal Taiwan, Timbulkan Kekhawatiran di China dan Asia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com