KOMPAS.com - Salah satu pencapaian besar Yunani Kuno yakni filsafat, tampaknya sangat curiga terhadap pencapaiannya yang lain, yakni demokrasi.
Dalam dialog-dialog Plato, bapak pendiri filsafat Yunani Socrates, digambarkan sangat pesimis terhadap keseluruhan demokrasi.
Dilansir laman The School of Life, dalam Buku Enam Republik, Plato menggambarkan Socrates terlibat dalam percakapan dengan karakter bernama Adeimantus.
Baca juga: Socrates, Diogenes, Yesus, Ayah, dan Ibu
Socrates mencoba membuatnya melihat kekurangan demokrasi dan membandingkan masyarakat dengan kapal.
"Jika Anda melakukan perjalanan melalui laut," tanya Socrates. "Siapa yang idealnya memutuskan siapa yang bertanggung jawab atas kapal? Semua orang atau orang yang paham pelayaran?"
"Yang terakhir tentu saja," kata Adeimantus.
"Mengapa? Apakah kita terus berpikir bahwa hanya orang tua yang layak untuk menilai siapa yang harus menjadi penguasa suatu negara?" jawab Socrates.
Baca juga: Dongeng Kerajaan Demokrasi
Socrates berargumen bahwa memberikan suara dalam pemilihan adalah keterampilan, bukan intuisi acak.
Dan seperti keterampilan apa pun, itu perlu diajarkan secara sistematis kepada orang-orang.
Membiarkan rakyat memilih tanpa pendidikan, sama tidak bertanggung jawabnya dengan menempatkan mereka sebagai penanggung jawab atas "tiga kali pelayaran ke Samos dalam badai".
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Demokrasi?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.