Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bungkam Geng Nenek Penari, Warga China Pakai Alat Peredam Suara Sepiker Seperti Senter

Kompas.com - 09/10/2021, 16:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Laporan gangguan publik terkait kelompok nenek penari telah membuat pemerintah China memberlakukan denda polusi suara di wilayahnya.

Namun, sejumlah warga nampaknya bertindak lebih jauh dengan secara langsung membeli alat peredam suara untuk membungkam kelompok itu.

Baca juga: Kapal Selam AS Rusak Setelah Tabrakan di Laut Cina Selatan, China Minta Penjelasan

Hampir setiap malam atau dini hari di China, adalah hal biasa untuk melihat sekelompok besar wanita tua membanjiri taman dan alun-alun untuk menari.

Ritual ini terkait dengan kebiasaan yang diterapkan pada Revolusi Kebudayaan 1960-an. Kegiatan ini telah terbukti menjadi cara populer bagi orang tua untuk berolahraga dan bersosialisasi.

Tetapi banyak yang mengatakan nenek-nenek yang menari memainkan musik mereka terlalu keras.

Masalah itu telah menyebabkan pertengkaran, kekerasan, dan keluhan kebisingan yang meluas, bahkan penangkapan, menurut laporan The Guardian.

Baca juga: Populer Global: Pemilik Baru Newcastle United | Kapal Selam AS Tabrak Obyek Tak Dikenal di Laut China Selatan

Sekarang, penentang para nenek penari itu mengatakan mereka menggunakan alat seharga 40 dollar AS (Rp 570.274) untuk mematikan speaker wanita dari jauh.

Melansir Insider pada Jumat (8/10/2021), beberapa daftar alat peredam suara itu dijual di Taobao, situs e-commerce China.

Seorang pengguna yang mengulas produk itu menulis bahwa teknologi tersebut "sangat andal".

Sekarang mereka bahkan "tidak perlu berdebat dengan kelompok nenek penari di taman yang tidak masuk akal" yang "berkeliaran seperti bandit."

"Tidak ada yang salah dengan menari ketika Anda tua. Tapi itu jangan sampai mempengaruhi orang lain," tulis mereka.

Para pendukung pertemuan mengatakan para wanita yang umumnya lanjut usia itu, banyak dari mereka yang hidup sendiri.

Kelompok “nenek penari” tersebut juga telah mengembangkan persahabatan yang berharga melalui kegiatan tarian di taman. Mereka bahkan sering pergi berbelanja dan bepergian bersama, menurut laporan SCMP.

Baca juga: Senator Perancis Sebut Taiwan sebagai “Negara” dalam Kunjungan yang Diprotes China

Kepada Vice News, seorang pedagang alat peredam suara itu mengaku telah menjual 20.000 perangkat. Penjual berusia 19 tahun itu mengeklaim telah secara pribadi menghentikan 36 “kelompok nenek menari” dengan alat itu.

Meskipun alat ini dipuji sebagai "ajaib" di media sosial China, tampilannya terlihat identik dengan senter LED seharga 2 dollar AS (Rp 28.440) yang terdaftar di Alibaba.

Dengan label harga mulai dari 15 dollar AS hingga 40 dollar AS (Rp 213.852 hingga Rp 570.274). Salah satu instruksinya menyarankan agar pengguna "menghidupkan perangkat, dan kemudian mengarahkannya ke speaker alun-alun tempat menari. Pengoperasiannya sederhana dan efek anti-bisingnya luar biasa!"

Tapi seorang pembeli yang mengulas alat itu menulis bahwa pembelian itu adalah "buang-buang uang".

Baca juga: AS Blokir Ekspor Bahan Bakar Radioaktif ke China, Khawatir Beijing Lipatkan Cadangan Nuklir

Alat itu hanya berfungsi ketika digunakan "sangat dekat" dengan speaker, yang mereka klaim harus dimatikan dua kali sebelum kelompok itu menyadarinya.

Meningkatnya laporan gangguan publik terkait kelompok nenek penari telah membuat pemerintah China memberlakukan denda polusi suara sekitar 78 dollar AS (lebih dari Rp 1 juta), menurut SCMP.

Namun, cara yang menggembirakan tampaknya telah ditemukan di Shanghai, di mana kelompok nenek penari kini menggunakan ponsel Bluetooth untuk membuat disko mereka lebih senyap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com