Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Soviet Pecah, Kosmonot Terakhirnya Sempat Terjebak di Luar Angkasa

Kompas.com - 14/09/2021, 13:10 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Pada 1991, Sergei Krikalev tengah berada di ruang angkasa saat Uni Soviet, negaranya, berada di ambang kehancuran.

Dia berada 350 km dari Bumi, dalam stasiun ruang angkasa Mir.

Pada saat itu, Soviet sebagai negara adikuasa komunis pecah menjadi 15 negara bagian.

Krikalev lantas diberitahu bahwa ia tidak dapat kembali ke rumah karena negara yang akan membawanya pulang tidak ada lagi.

Baca juga: Kosmonot Temukan Retakan Baru di Stasiun Luar Angkasa Internasional

Dilansir Russia Beyond, Krikalev lantas dijuluki "warga negara terakhir Uni Soviet".

Lima bulan sebelum huru-hara Soviet, insinyur penerbangan Krikalev yang berusia 33 tahun, adalah bagian dari kru luar angkasa negara itu.

Dia berangkat ke stasiun ruang angkasa Mir dari kosmodrom Soviet Baikonur, yang terletak di wilayah Kazakhstan saat ini.

Lima bulan adalah lama misi Krikalev yang seharusnya berlangsung. Dan itu adalah durasi yang telah dia latih.

Kemudian kudeta terjadi. Situasi pun tak terkendali.

"Bagi kami, itu mengejutkan sekali. Kami tidak mengerti apa yang terjadi. Ketika kami melihatnya, kami mencoba memahami bagaimana itu akan mempengaruhi industri luar angkasa," kenang Krikalev.

Baca juga: Uni Soviet: Sejarah, Ekonomi, dan Pembubaran

Hal itu benar-benar mempengaruhi misi luar angkasa yang sedang dijalaninya.

"Tidak ada uang," kata Krikalev.

Sebulan kemudian, dia mendengar jawaban yang sama.

Kontrol misi memintanya untuk tinggal di sana sedikit lebih lama. Hal yang sama terjadi sebulan kemudian.

"Ini tentu tidak baik bagi saya. Tetapi saat itu, negara dalam kesulitan dan kesempatan untuk menghemat uang harus didahulukan," ujarnya pada Discover.

Baca juga: Pulang dari ISS, 2 Kosmonot Rusia dan Astronot NASA Mendarat di Bumi

Misi itu dua kali lebih lama dari yang direncanakan. Dia menghabiskan 311 hari atau 10 bulan, di ruang angkasa.

Ini tanpa disadarinya, menetapkan rekor dunia baru.

Krikalev akhirnya kembali ke Bumi pada 25 Maret 1992. Dari kapsul Soyuz, muncul Krikalev dengan empat huruf USSR dan bendera Soviet berwarna merah di pakaian antariksanya.

"Pucat seperti tepung dan campurannya", tulis media Barat tanggapi kepulangan warga Soviet terakhir itu.

Pada saat itu, seluruh dunia telah mendengar tentang korban ruang angkasa ini.

Empat pria lantas membantuny menjejakkan kaki di tanah. Salah satu dari mereka melemparkan mantel bulu ke atasnya, yang lain membawakannya semangkuk kaldu.

Baca juga: Kisah Perang: Invasi Soviet ke Afghanistan yang Berujung Lahirnya Taliban

Ketika dia pergi, pinggiran kota Arkalykh, tempatnya mendarat, tidak lagi menjadi Soviet dan sudah menjadi republik independen Kazakhstan.

Kota tempat tinggalnya tidak lagi disebut Leningrad, melainkan St Peterburg.

Selama ia mengorbit Bumi 5.000 kali, wilayah negaranya telah menyusut lebih dari 5 juta kilometer persegi.

Partai Komunis Uni Soviet, yang telah memerintah negara itu sejak tahun 1920-an, tidak lagi memonopoli politik.

Gaji bulanannya sebesar 600 rubel, yang pada saat kepergiannya ke luar angkasa dianggap sebagai gaji yang pas bagi seorang ilmuwan, telah dievaluasi.

Seorang sopir bus bahkan bisa mendapat gaji dua kali lipat ketika ia kembali.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Militer Uni Soviet Mundur dari Afghanistan Usai 8 Tahun Berperang

"Perubahannya tidak radikal," kata Krikalev pada konferensi pers beberapa hari kemudian.

"Saya tinggal di wilayah Rusia, sementara republik disatukan ke dalam Uni Soviet. Sekarang saya telah kembali ke Rusia, yang merupakan bagian dari Persemakmuran Negara-Negara Merdeka."

Dia menjadi Pahlawan Rusia, dan dua tahun kemudian kembali menjalani misi luar angkasa. Namun saat itu, dia menjadi kosmonot Rusia pertama yang terbang dengan pesawat ulang-alik NASA.

Beberapa tahun kemudian, dia menjadi orang yang pertama memasuki Stasiun Luar Angkasa Internasional yang baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com