MOSKWA, KOMPS.com - George Blake, mantan agen badan intelijen Inggris MI6 dan salah satu agen ganda termasyur pada saat Perang Dingin, meninggal dunia pada usia 98 tahun, menurut laporan media Rusia.
Selama 9 tahun, mata-mata Soviet ini membocorkan informasi yang berujung pada pengkhianatan terhadap setidaknya 40 anggota agen MI6 di Eropa Timur.
Ia dipenjara di London pada 1960, namun melarikan diri pada 1966 dan kabur ke Rusia.
Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) mengatakan Blake "memiliki cinta yang tulus untuk negara kami".
Kematiannya, yang dilaporkan oleh media milik pemerintah Rusia, RIA Novosti, dikonfirmasi oleh Sergei Ivanov, kepala dari biro pers SVR.
Baca juga: Akses Informasi Intelijen yang Penting untuk Biden Ditunda oleh Trump
Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkannya sebagai "profesional yang luar biasa dengan keberanian dan daya tahan hidup khusus", seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Selasa (29/12/2020).
"Selama bertahun-tahun upaya keras dan beratnya, ia memberikan kontribusi yang benar-benar tak ternilai untuk memastikan keseimbangan strategis dan pelestarian perdamaian di planet ini," kata Putin dalam pesan belasungkawa.
"Hati kami akan selalu menghargai kenangan hangat dari pria legendaris ini," ucapnya.
Blake lahir dengan nama George Behar pada 11 November 1922 di Rotterdam, Belanda.
Ayahnya adalah orang Spanyol keturunan Yahudi yang bertempur untuk Inggris selama Perang Dunia I dan mendapatkan kewarganegaraan Inggris.
Blake sendiri bekerja untuk gerakan perlawanan Belanda selama Perang Dunia II, sebelum melarikan diri ke Gibraltar di Spanyol yang dikontrol oleh Inggris.
Ia kemudian, karena latar belakangnya, diajak bergabung ke badan intelijen.
Ia fasih berbahasa Belanda dan ditugaskan untuk memecahkan pesan berkode yang dikirim ke London oleh gerakan perlawanan Belanda.
Ketika perang berakhir, dia dikirim ke Jerman di mana dia memata-matai pasukan Soviet yang menduduki tempat yang dulu disebut Jerman Timur.
Setelah sukses menjalankan operasi di Jerman, ia dikirim kembali ke Inggris, di mana dia belajar bahasa Rusia di Cambridge.
Baca juga: Agen Intelijen AS Dikabarkan Tewas di Somalia, CIA Bungkam