Blake kemudian berkata, "Dengan cara itu membentuk tahap lain dalam perkembangan saya menuju komunisme, menuju keinginan saya untuk bekerja untuk Uni Soviet."
Ia dipindahkan ke Korea Selatan tepat sebelum pecahnya perang antara Koera Selatan yang didukung Barat dan Korea Utara yang didukung Soviet.
Tugasnya adalah membuat jaringan agen untuk memata-matai Korea Utara tetapi komunikasi yang buruk membuat tugasnya sulit.
Ketika Korea Utara menguasai kota Seoul, Blake ditahan bersama dengan sejumlah diplomat dan misionaris.
Ia kemudian membantah klaim bahwa ia telah dicuci otak agar mau bekerja untuk Uni Soviet.
Blake mengatakan pemboman berkelanjutan di desa-desa kecil di Korea Utara oleh pesawat Amerika membuatnya merasa malu dengan tindakan Barat.
Ia juga menyebut bahwa dirinya dipengaruhi oleh buku Karl Marx, Das Kapital, yang dikirim ke tahanan oleh kedutaan Soviet.
Blake kemudian berkomentar, "Saya merasa lebih baik bagi umat manusia jika sistem komunis menang, bahwa itu akan mengakhiri perang."
Pada akhirnya Blake menawarkan jasanya ke kedutaan Soviet yang disambut dengan sebuah wawancara perekrutan dengan agen KGB.
Ketika Blake kembali ke Inggris setelah dilepas dari tahanan pada 1953, ia telah menjadi agen Soviet.
Baca juga: Kepala Intelijen AS: China Ancaman Terbesar Bagi Kebebasan
Pada 1955, ia dikirim ke Berlin, di mana ia diberi tugas untuk merekrut mata-mata Soviet sebagai agen ganda.
Itu adalah tugas yang ideal bagi pria yang kini telah berkomitmen untuk Uni Soviet.
Selama 9 tahun, Blake membocorkan informasi yang menyebabkan pengkhianatan sekitar 40 agen MI6 di Eropa Timur, yang sangat merugikan Intelijen Inggris.
Dia kemudian berkata, "Saya tidak tahu apa yang saya serahkan karena terlalu banyak."
Dalam sebuah wawancara dengan BBC pada 1990, Blake memperkirakan bahwa ia telah mengkhianati lebih dari 500 agen tetapi dia membantah anggapan bahwa 42 dari mereka telah kehilangan nyawa akibat tindakannya.