Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Badak Bercula Pink di Afrika Selatan

Kompas.com - 07/09/2021, 17:57 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

"Racun ini akan membuat orang yang mengkonsumsinya menjadi sakit, seperti mual, sakit perut, diare. Tetapi tidak akan membunuh mereka," kata Andrew Parker, chief executive dari Sabi Sand Wildtuin Association.

Beberapa gambar badak atau gajah bercula yang menghibur sempat beredar di media sosial.

Dilansir situs Save The Rhino, gambar-gambar ini sengaja diubah secara digital untuk efek menyoroti konsep pemberian "racun pink".

Dalam hal mewarnai bagian luar cula, penting untuk diingat bahwa gambar di media sosial dimanipulasi secara digital.

Proyek Penyelamatan Badak tidak bertujuan untuk mewarnai permukaan tanduk.

Perubahan warna cula badak saat pemberian racun juga tidak berlangsung lama.

Baca juga: Perburuan Badak Liar di Afrika Selatan Melonjak Tajam

Seperti yang dijelaskan dalam laporan yang diterbitkan di Pachyderm No. 55 Januari Juli 2014, para peneliti yang memeriksa sampel yang diambil dari cula badak satu bulan setelah perawatan, menemukan, bahwa "tidak ada perubahan warna yang terlihat melalui epidermis kornifikasi papiler dari cula.”

Intinya adalah, semuanya demi menyelamatkan habitat badak, dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com