Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Ilmuwan di Rusia Temukan Badak Berbulu Generasi Terakhir di Perut Anjing Purba Zaman Es

Kompas.com - 24/08/2020, 07:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

MOSKWA, KOMPAS.com - Para ilmuwan yang mempelajari anjing purba dari zaman es yang diawetkan dengan sempurna, telah menemukan bagian dari badak purba berbulu dalam perutnya.

Peneliti Rusia yang pertama kali menemukan tubuh anjing purba berbulu yang diawetkan, dari sebuah situs di Tumat, Siberia, pada 2011.

Melansir CNN pada Senin (17/8/2020), anjing purba itu merupakan anak anjing yang telah berusia 14.000 tahun.

Baca juga: Perancis Juara Eropa dalam Menelantarkan Hewan Peliharaan, Ini Sebabnya

Saat tubuh anak anjing ribuan tahun itu dilakukan otopsi untuk dipelajari, ditemukan sepotong jaringan berbulu di dalam tubuhnya.

Awalnya, para ilmuwan berasumsi bahwa fragmen itu milik singa gua purba, karena bulu kuningnya yang halus.

Namun, tes oleh para ahli di Museum Sejarah Alam, Stockholm, menjelaskan hasil yang berbeda.

Baca juga: Bencana Minyak Tumpah Mauritius, Hewan Laut Mulai Mati

 

"Ketika mereka mendapatkan kembali DNA fragmen bulu, itu tidak terlihat seperti singa gua purba," kata Love Dalen, seorang profesor genetika evolusi di Pusat Paleogenetik, sebuah badan kerja sama antara Universitas Stockholm dan Museum Sejarah Alam Swedia, kepada CNN.

"Kami memiliki database referensi dan DNA mitokondria dari semua mamalia (purba), jadi kami memeriksa rangkaian data terhadap data tersebut dan hasil yang muncul, itu hampir cocok untuk badak purba berbulu," lanjut Dalen.

Dalen mengungkapkan bahwa belum pernah ia dengar sebelumnya tentang karnivora di zaman es yang beku dan ditemukan potongan jaringan di dalamnya.

Baca juga: Kebun Binatang London Datangkan Babi Paling Jelek di Dunia dari Indonesia

Setelah dilakukan radiokarbon untuk menentukan sampel, para ahli menyimpulkan bahwa kulit berbulu dari badak purba itu berusia sekitar 14.400 tahun.

"Anak anjing ini, yang sudah kita ketahui, berumur sekitar 14.000 tahun yang lalu. Kita juga tahu bahwa badak berbulu punah 14.000 tahun yang lalu. Jadi, kemungkinan besar, anak anjing ini telah memakan salah satu badak berbulu yang tersisa," katanya.

Para ilmuwan tidak tahu bagaimana anak anjing purba itu sampai memiliki sepotong bagian badak berbulu di perutnya.

Baca juga: Dianiaya 35 Tahun di Kebun Binatang Pakistan, Gajah Kaavan Akhirnya Punya Rumah Baru

Edana Lord, seorang mahasiswa doktor filsafat di Center for Palaeogenetics yang ikut menulis makalah yang mempelajari kematian badak berbulu, mengatakan kepada CNN bahwa makhluk itu kira-kira berukuran sama dengan badak putih modern.

Sehingga, tidak mungkin anak anjing memakan badak bebulu dengan membunuh binatang itu sendiri.

Para peneliti juga merasa penasaran kemungkinan anak anjing purba itu mati tak lama setelah memakan badak purba generasi terakahir tersebut.

Baca juga: Ditemukan Puluhan Anjing Kurus Kering Terlantar di Peternakan Spanyol

"Anak anjing ini pasti mati tidak lama setelah memakan badak itu, karena tidak dapat dicerna dengan baik," kata Dalen kepada CNN .

“Kami tidak tahu apakah itu serigala, tapi jika itu anak serigala, mungkin dia menemukan bayi badak yang sudah mati, atau serigala (dewasa) memakan bayi badak,” dia berspekulasi.

"Mungkin saat mereka memakannya, induk badak telah membalas dendam," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com