Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerja Sama dengan Rusia, Afrika Selatan Akan Suntik Cula Badak dengan Radioaktif

Kompas.com - 25/05/2021, 21:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

PRETORIA, KOMPAS.com - Cula badak akan disuntik dengan bahan radioaktif untuk mengatasi perburuan ilegal.

Para peneliti yang didukung oleh badan nuklir Rosatom Rusia sedang mengembangkan program percontohan tersebut di Afrika Selatan.

Baca juga: Badak Berbulu Zaman Es Ditemukan Nyaris Utuh, Bisa Ungkap Kehidupan pada Masanya?

Daily Mail pada Senin (24/5/2021) melaporkan bahwa cara itu diharapkan dapat mengurangi konsumsi, dan memfasilitasi pelacakan bagian dari hewan langka ini jika diselundupkan sebagai ilegal.

Cula badak digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai alat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Bahkan terkadang cula diberikan sebagai hadiah, atau ditampilkan sebagai indikator kekayaan.

Upaya untuk memerangi perburuan di cagar alam umum dan privat terhambat oleh kurangnya sumber daya yang diperlukan untuk berpatroli di petak besar tanah yang dihuni hewan tersebut.

Hal ini mendorong pencarian cara yang lebih efektif untuk mencegah perburuan tanpa membahayakan badak, atau hewan lain yang berinteraksi dengan mereka.

Sejumlah metode alternatif diajukan sejauh ini mulai dari pemberian warna hingga pemotongan tanduk (secara legal), tapi semua opsi masih menimbulkan pro dan kontra.

Program anti-perburuan baru ini dikenal sebagai The Rhisotope Project dan dimulai awal bulan ini, menurut Bloomberg.

Baca juga: Para Ilmuwan di Rusia Temukan Badak Berbulu Generasi Terakhir di Perut Anjing Purba Zaman Es

Dalam penelitian ini, asam amino disuntikkan ke dalam tanduk dua badak, untuk menentukan apakah ia akan menjalar ke tubuh hewan tersebut.

Studi yang melibatkan pemodelan komputer dan replika kepala badak juga akan dilakukan untuk menentukan dosis bahan radioaktif yang aman, kata Bloomberg.

“Jika kita membuatnya (cula badak) menjadi (mengandung) radioaktif, akan ada keengganan orang-orang untuk membelinya,” kata Profesor James Larkin dari Universitas Witwatersrand di Johannesburg:

Menurutnya metode yang digunakan pihaknya itu nantinya diharap dapat memengaruhi seluruh rantai pasokan, perdagangan ilegal cula.

Larkin, yang memiliki latar belakang perlindungan radiasi dan keamanan nuklir, mengatakan sensor yang ada di sepanjang perbatasan internasional dapat membantu mendeteksi sejumlah kecil bahan radioaktif di tanduk.

"Setelah kami mengembangkan keseluruhan proyek dan mencapai titik di mana kami menyelesaikan pembuktian konsep, maka kami akan membuat seluruh ide ini tersedia untuk siapa pun yang ingin menggunakannya," kata Larkin tentang inisiatif tersebut.

Baca juga: Pemerintah di Benua Afrika Temukan Cara Turunkan Perburuan Badak Liar

Halaman:
Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com