Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ismail Sabri Yaakob Resmi Jadi PM Malaysia, Ini Tantangan yang Menantinya

Kompas.com - 21/08/2021, 17:32 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

PUTRAJAYA, KOMPAS.com – Perdana Menteri Malaysia yang baru, Ismail Sabri Yaakob, menghadapi tugas yang berat untuk menyatukan masyarakat yang terpolarisasi.

Ismail juga diharapkan dapat menghidupkan kembali perekonomian Malaysia yang babak belur di tengah pandemi yang memburuk.

Pada Jumat (20/8/2021), Raja Malaysia Sultan Abdullah menunjuk Ismail Sabri dari partai UMNO sebagai Perdana Menteri kesembilan Malaysia. Dia dilantik pada Sabtu (21/8/2021).

Baca juga: Raja Malaysia Lantik Ismail Sabri Yaakob sebagai Perdana Menteri

Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia tersebut sah menjadi pengganti Muhyiddin Yassin yang mundur pada Senin (16/8/2021).

Dengan diangkatnya Ismail Sabri, maka partai UMNO naik lagi ke tampuk kekuasaan Malaysia.

UMNO adalah kunci utama koalisi yang memerintah selama enam dekade hingga kehilangan kekuasaan pada 2018, akibat skandal korupsi 1MDB triliunan rupiah.

Dipilihnya Ismail Sabri sebagai Perdana Menteri baru Malaysia juga berarti UMNO merebut kembali jabatan tertinggi negara itu tanpa pemilihan umum.

Baca juga: Ismail Sabri Yaakob PM Baru Malaysia, Ini Kontroversi di Balik Sosok Low Profile-nya

Pemimpin baru, muka lama

Pakar Asia Tenggara dari Universitas Nottingham di Malaysia Bridget Welsh mengatakan, Malaysia memiliki pemimpin pemerintahan yang baru, namun dengan politik dan pemain lama.

“Ini kembali ke masa lalu: UMNO sekarang berada di kursi perdana menteri, kembali berkuasa melalui tawar-menawar elite meskipun dikeluarkan karena skandal korupsi pada 2018,” kata Welsh.

Ismail Sabri naik ke kursi kekuasaan di kala “Negeri Jiran” menghadapi kemarahan rakyat atas kebijakan pemerintah sebelumnya yang tidak konsisten.

Rakyat Malaysia juga menganggap pemerintahan sebelumnya gagal dalam menangani pandemi.

Baca juga: Anwar Ibrahim Minta Kelompoknya Terima Ismail Sabri Yaakob sebagai PM Malaysia

Malaysia merupakan salah satu negara dengan tingkat infeksi dan kematian per kapita tertinggi di dunia, meski negara tersebut menerapkan berbagai kebijakan pembatasan.

Infeksi Covid-19 harian meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Juni hingga mencapai rekor 23.564 kasus pada Jumat (20/8/2021).

Foto yang dirilis Kementerian Informasi Malaysia menunjukkan Ismail Sabri Yaakob ketika dilantik sebagai perdana menteri baru Malaysia di Istana Negara Kuala Lumpur, Sabtu, 21 Agustus 2021.AP PHOTO/MALAYSIA'S DEPARTMENT OF INFORMATION/Khirul Nizam Zanil Foto yang dirilis Kementerian Informasi Malaysia menunjukkan Ismail Sabri Yaakob ketika dilantik sebagai perdana menteri baru Malaysia di Istana Negara Kuala Lumpur, Sabtu, 21 Agustus 2021.

Dengan demikian, Malaysia mencatatkan lebih dari 1,5 juta kasus Covid-19 sejak pandemi dimulai sebagaimana dilansir Associated Press.

Bank sentral merevisi perkiraan pertumbuhan tahun ini menjadi antara 3 persen hingga 4 persen karena pembatasan.

“Dia adalah perdana menteri yang beruntung di saat yang tidak beruntung, tanpa legitimasi dan dukungan yang kuat baik di dalam dan luar negeri,” tutur Welsh.

Baca juga: Mengenal Calon PM Malaysia Ismail Sabri Yaakob, Dituding Salah Urus Covid-19

“Dia termasuk perdana menteri paling tidak populer pada waktu terburuk dalam sejarah Malaysia,” imbuh Welsh.

Di sisi lain, Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim mendesak kelompok oposisi menerima keputusan Sultan Abdullah yang menunjuk Ismail Sabri sebagai Perdana Menteri Malaysia.

Pemimpin aliansi politik Pakatan Harapan, yang merupakan oposisi, tersebut juga berseru agar anggota dan pendukung koalisinya bekerja keras menyambut pemilu mendatang.

Anwar, mengatakan oposisi telah mengakui bahwa keputusan tersebut sesuai dengan konstitusi serta sesuai konsep demokrasi parlementer dan monarki konstitusional di Malaysia.

“Bagi Oposisi, inilah tantangan kita untuk bekerja lebih keras menghadapi pemilu ke-15 (GE15),” kata Anwar sebagaimana dilansir Malay Mail, Sabtu (21/8/2021).

Baca juga: Ismail Sabri Yaakob Jadi PM Baru Malaysia, Dilantik 21 Agustus

Terpolarisasi

Profesor ilmu politik di Universiti Sains Malaysia Ahmad Fauzi Abdul Hamid menuturkan bahwa tantangan utama Ismail adalah mewujudkan persatuan nasional dalam masyarakat yang sangat terpolarisasi.

“Anda dapat membayangkan perasaan hampir setengah dari penduduk Malaysia yang memilih menentang UMNO dalam pemilihan 2018, hanya untuk melihat seorang politikus UMNO kembali memimpin negara tiga tahun kemudian,” ujar Ahmad.

Dia menambahkan, Ismail Sabri harus lebih berdamai dengan cara membawa beberapa anggota oposisi berperan dalam pembuatan kebijakan yang substantif.

Baca juga: Sah, Ismail Sabri Yaakob Jadi Perdana Menteri Baru Malaysia

Semua mata akan tertuju pada Ismail Sabri saat menyusun kabinetnya.

Sebelumnya, Muhyiddin sempat dikecam karena dia berusaha memberi penghargaan kepada sekutu dengan jabatan di jajaran kabinetnya.

Sedangkan Welsh berujar, ujian Ismail Sabri adalah apakah dia dapat menghindari kesalahan yang dibuat oleh pemerintah sebelumnya dan mengatasi masalah pemerintahan yang serius.

“Perekonomian dalam kondisi buruk, dilemahkan oleh salah urus pemerintah sebelumnya. Dia harus memiliki tim yang kompeten dan bergerak melampaui paradigma rasial sempit yang telah dikenalnya,” tambah Welsh.

Baca juga: Mantan Wakil PM Malaysia Ismail Sabri Yaakob Berpotensi Kuat Gantikan Muhyiddin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com