BEIJING, KOMPAS.com - China menghadapi tantangan terbesarnya sejak virus pertama kali meletus di kota Wuhan di China tahun lalu, setelah varian delta menyebar dengan cepat.
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah China berjuang dengan wabah sporadis di berbagai provinsi.
Untuk bisa membasmi kebangkitan Covid-19 China dengan cepat, Beijing memobilisasi ribuan orang untuk menguji dan melacak infeksi, serta mengunci komunitas secara parsial.
Model itu sekarang terlihat semakin rapuh di dunia, yang melewati tonggak sejarah yang suram dengan infeksi Covid-19 global mencatat 200 juta kaus pada Rabu (4/8/2021), melansir New York Times pada Rabu (4/8/2021).
Baca juga: China Lockdown Parsial, Strategi “Toleransi Nol” Covid-19 Tunjukan Kelemahan
Kasus infeksi varian Delta di China awalnya dikaitkan dengan penerbangan dari Moskwa yang mendarat di Nanjing pada 10 Juli. Tujuh penumpang dalam penerbangan itu terinfeksi varian tersebut.
Pada 20 Juli, sembilan petugas kebersihan bandara dinyatakan positif. Infeksi mereka menyebar dengan cepat di antara orang-orang yang memasuki bandara, pusat transportasi utama.
Seorang ibu dan anak perempuan dan seorang gadis 12 tahun yang terbang ke Zhangjiajie setelah transit selama dua jam di bandara Nanjing semuanya dinyatakan positif.
Tiga turis lain yang melakukan perjalanan ke Zhangjiajie telah dikaitkan dengan wabah di pusat kota Changde, setelah mereka semua melakukan pelayaran sungai. Sekitar 27 infeksi di setidaknya enam tempat telah dikaitkan dengan transportasi air itu.
Kasus-kasus juga telah menyebar di Yangzhou di antara rumah “catur dan kartu”, ruang berventilasi buruk di mana banyak pelanggan tua berkumpul untuk bermain mahjong, catur, dan kartu.
Pejabat lokal menawarkan hadiah beberapa ribu renminbi kepada pelapor yang menemukan dan melaporkan orang-orang yang pernah berada di ruangan ini.
“Situasinya belum mencapai titik terendah,” Wu Zhenglong, gubernur Provinsi Jiangsu, mengatakan pada konferensi pers pada Minggu (1/8/2021).
“Situasi pencegahan dan pengendaliannya parah dan rumit.”
Baca juga: China Lockdown Jutaan Orang Usai Catat Kasus Covid-19 Tertinggi sejak Januari
Han Xiaoyi, seorang warga berusia 23 tahun di Nanjing, mengatakan dia sangat marah dengan cara pemerintah awalnya menangani wabah Delta di kotanya.
Pejabat telah mengizinkan orang untuk terus bekerja di kereta bawah tanah dan bus yang ramai, katanya.
Han, yang bekerja di bagian penjualan, harus mengambil cuti untuk mengantre berjam-jam demi mendapatkan tes empat kali dalam beberapa hari terakhir.
“Saat itu (pengujian rutin) dimulai, saya merasa sangat tertekan karena pada awalnya, pandemi terasa jauh dari saya,” katanya.
“Lalu tiba-tiba, rasanya seperti kembali ke tengah-tengahku.”
Ada pun Beijing saat ini juga menghadapi tantangan lain yakni soal vaksin buatan China, yang digunakan untuk mengimunisasi negara tersebut.
Baca juga: Kapal Perang Asing di Laut China Selatan Bertambah, India Menyusul Kirim Pasukannya
Masalahnya vaksin Covid-19 China dilaporkan tidak seefektif versi vaksin lainnya terhadap varian Delta.
Pemerintah mengatakan telah memberikan sekitar 1,69 miliar dosis. Pejabat kesehatan China sekarang mempertimbangkan untuk memberikan suntikan booster kepada orang-orang dengan sistem kekebalan yang terganggu serta warga yang lebih tua.
Zhong Nanshan, seorang ahli epidemiologi terkemuka, mengatakan vaksin China 100 persen protektif terhadap penyakit parah yang disebabkan oleh varian Delta, dan 63,2 persen efektif terhadap kasus tanpa gejala.
Dia juga mengaku yakin wabah terbaru akan dikendalikan dalam waktu sekitar 10 hingga 14 hari. Ada pun para pejabat berharap pelacakan kontak akan ekstensif di Nanjing dan beberapa kota lain di Provinsi Jiangsu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.