Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Masuknya Varian Delta hingga Buat China Lockdown Parsial Lagi

Kompas.com - 05/08/2021, 12:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China menghadapi tantangan terbesarnya sejak virus pertama kali meletus di kota Wuhan di China tahun lalu, setelah varian delta menyebar dengan cepat.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah China berjuang dengan wabah sporadis di berbagai provinsi.

Untuk bisa membasmi kebangkitan Covid-19 China dengan cepat, Beijing memobilisasi ribuan orang untuk menguji dan melacak infeksi, serta mengunci komunitas secara parsial.

Model itu sekarang terlihat semakin rapuh di dunia, yang melewati tonggak sejarah yang suram dengan infeksi Covid-19 global mencatat 200 juta kaus pada Rabu (4/8/2021), melansir New York Times pada Rabu (4/8/2021).

Baca juga: China Lockdown Parsial, Strategi “Toleransi Nol” Covid-19 Tunjukan Kelemahan

Kasus infeksi varian Delta di China awalnya dikaitkan dengan penerbangan dari Moskwa yang mendarat di Nanjing pada 10 Juli. Tujuh penumpang dalam penerbangan itu terinfeksi varian tersebut.

Pada 20 Juli, sembilan petugas kebersihan bandara dinyatakan positif. Infeksi mereka menyebar dengan cepat di antara orang-orang yang memasuki bandara, pusat transportasi utama.

Seorang ibu dan anak perempuan dan seorang gadis 12 tahun yang terbang ke Zhangjiajie setelah transit selama dua jam di bandara Nanjing semuanya dinyatakan positif.

Tiga turis lain yang melakukan perjalanan ke Zhangjiajie telah dikaitkan dengan wabah di pusat kota Changde, setelah mereka semua melakukan pelayaran sungai. Sekitar 27 infeksi di setidaknya enam tempat telah dikaitkan dengan transportasi air itu.

Kasus-kasus juga telah menyebar di Yangzhou di antara rumah “catur dan kartu”, ruang berventilasi buruk di mana banyak pelanggan tua berkumpul untuk bermain mahjong, catur, dan kartu.

Pejabat lokal menawarkan hadiah beberapa ribu renminbi kepada pelapor yang menemukan dan melaporkan orang-orang yang pernah berada di ruangan ini.

“Situasinya belum mencapai titik terendah,” Wu Zhenglong, gubernur Provinsi Jiangsu, mengatakan pada konferensi pers pada Minggu (1/8/2021).

“Situasi pencegahan dan pengendaliannya parah dan rumit.”

Baca juga: China Lockdown Jutaan Orang Usai Catat Kasus Covid-19 Tertinggi sejak Januari

Han Xiaoyi, seorang warga berusia 23 tahun di Nanjing, mengatakan dia sangat marah dengan cara pemerintah awalnya menangani wabah Delta di kotanya.

Pejabat telah mengizinkan orang untuk terus bekerja di kereta bawah tanah dan bus yang ramai, katanya.

Han, yang bekerja di bagian penjualan, harus mengambil cuti untuk mengantre berjam-jam demi mendapatkan tes empat kali dalam beberapa hari terakhir.

“Saat itu (pengujian rutin) dimulai, saya merasa sangat tertekan karena pada awalnya, pandemi terasa jauh dari saya,” katanya.

“Lalu tiba-tiba, rasanya seperti kembali ke tengah-tengahku.”

Ada pun Beijing saat ini juga menghadapi tantangan lain yakni soal vaksin buatan China, yang digunakan untuk mengimunisasi negara tersebut. 

Baca juga: Kapal Perang Asing di Laut China Selatan Bertambah, India Menyusul Kirim Pasukannya

Masalahnya vaksin Covid-19 China dilaporkan tidak seefektif versi vaksin lainnya terhadap varian Delta.

Pemerintah mengatakan telah memberikan sekitar 1,69 miliar dosis. Pejabat kesehatan China sekarang mempertimbangkan untuk memberikan suntikan booster kepada orang-orang dengan sistem kekebalan yang terganggu serta warga yang lebih tua.

Zhong Nanshan, seorang ahli epidemiologi terkemuka, mengatakan vaksin China 100 persen protektif terhadap penyakit parah yang disebabkan oleh varian Delta, dan 63,2 persen efektif terhadap kasus tanpa gejala.

Dia juga mengaku yakin wabah terbaru akan dikendalikan dalam waktu sekitar 10 hingga 14 hari. Ada pun para pejabat berharap pelacakan kontak akan ekstensif di Nanjing dan beberapa kota lain di Provinsi Jiangsu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com