Pekerjaan ini penting untuk menghentikan warna-warna yang berbeda, agar tidak saling bercampur atau menjadi keruh oleh tanaman lain.
"Bisakah Anda melihat tanaman hijau yang tinggi? Itu bukan padi, (tapi) rumput liar," teriak pejabat kota Shuhei Tagashira saat rekan kerjanya berjuang di ladang berlumpur.
Baca juga: Kisah Kevin Cordon, Pebulu Tangkis Guatemala yang Tak Pernah Ditonton Orangtuanya
Proyek ini juga dirancang untuk menyatukan masyarakat dan mempromosikan minat bertani Jepang.
Dalam kondisi biasa tanpa pandemi, sekitar 1.000 orang terlibat dalam tugas kompleks menanam varietas padi yang tepat di tempat yang tepat untuk menghasilkan karya seni seperti ini.
Mereka termasuk sukarelawan dengan pengalaman bertani, dan mereka yang tidak memiliki latar belakang pertanian, termasuk anak-anak setempat.
Namun pandemi memaksa penyelenggara untuk memangkas angkanya hingga setengah. Tapi orang-orang diharap masih memiliki kesempatan lain untuk terlibat, ketika padi dipanen pada Oktober.
Dan semua orang yang mengerjakan karya seni raksasa ini akan mendapat hadiah terima kasih di akhir, yakni berupa dua kilogram beras di akhir November.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.