Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Negara Perketat Pembatasan Covid-19 karena Varian Delta, dari China hingga Australia

Kompas.com - 02/08/2021, 03:51 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Hampir seluruh negara di dunia meningkatkan pembatasan Covid-19 ketika kasus varian Delta melonjak, yang tidak sedikit orang menentangnya.

Merebaknya varian Delta memaksa pemerintah menerapkan kembali tindakan keras pembatasan Covid-19, ketika neggara lainnya mempertimbangkan rencana untuk membuka aktivitas ekonomi mereka.

Varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India, kini telah menyebar ke 132 negara dan wilayah. Pandemi Covid-19 telah membunuh lebih dari 4 juta orang dan tidak menunjukkan ada tanda melambat.

"Ini (varian Delta) adalah peringatan bahwa virus berkembang, juga penggilan untuk seruan untuk bertindak bahwa kita perlu bergerak sekarang, sebelum varian lebih berbahaya muncul," ujar Direktur Darurat Badan Kesehatan Dunia (WHO) Michael Ryan.

Baca juga: Israel Berusaha Ciptakan Terobosan Vaksin Covid-19 Oral, Apa Alasannya?

China

Di China wabah Covid-19 sekarang telah merebak di 14 provinsi paling luas dalam beberapa bulan, menjadi tantangan negara Tirai Bambu itu yang awalnya berhasil mengatasi Covid-19, setelah kasus pertama terdeteksi di kota Wuhan pada akhir 2019.

China telah menempatkan lebih dari satu juta orang di bawah lockdown dan memulai kembali kampanye pengujian Covid-19 massal.

"Varian utama yang beredar saat ini adalah varian Delta...yang memberikan tantangan lebih besar untuk pekerjaan pencegahan dan pengendalian virus," ujar juru bicara untuk Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Mi Feng, seperti yang dilansir dari AFP pada Sabtu (31/7/2021).

Australia

Di Australia, di mana hanya sekitar 14 persen populasinya divaksinasi Covid-19, kota terbesar ketiga Brisbane dan bagian lain Queensland diberlakukan lockdown cepat pada Sabtu (31/7/2021), setelah 6 kasus baru terdeteksi.

"Satu-satunya cara untuk mengalahkan varian Delta adalah tidakan cepat, dan kuat," kata Wakil Perdana Menteri Queensland Steven Miles yang mengumumkan 3 hari perintah ketat tinggal di rumah untuk jutaan warganya.

Baca juga: Ketatnya Lockdown Covid-19 di Australia, Kerahkan Militer dan Helikopter Terapkan Sanksi Jutaan

Ekonomi lumpuh

Pemberlakuan pembatasan Covid-19 buka-tutup berdampak pada kebosanan masyarakat untuk mematuhi aturan.

"Pemerintah ini...melumpuhkan ekonomi dan juga merusak demokrasi negara kita," ujar Karmun Loh, yang ikut serta dalam protes di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, kepada AFP.

Sementara di Perancis yang berbulan-bulan telah diberlakukan jam malam dan lockdown, mulai masuk era baru "izin kesehatan" pada Juli.

Setiap masuk kafe, restoran, dan destinasi budaya harus menunjukkan tanda telah divaksin atau tes negatif Covid-19.

Namun, peraturan baru pembatasan Covid-19 ditentang oleh lebih dari 200.000 orang dengan menggelar demo di seluruh Perancis pada Sabtu (30/7/2021) selama 3 pekan berturut-turut.

Demo yang berakhir bentrok, mendorong polisi di Paris menggunakan gas air mata, dan water cannon, serta melakukan penangkapan terhadap sejumlah orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com