Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Klaim Tangkap Terduga Perencana Serangan Teror Terkait Al-Qaeda

Kompas.com - 12/07/2021, 14:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

NEW DELHI, KOMPAS.com - Sebuah cabang Al-Qaeda di Kashmir merencanakan serangan di India utara menjelang Hari Kemerdekaan negara itu, klaim polisi setelah menangkap dua pria yang diduga terkait dengan kelompok itu pada Minggu (11/7/2021).

Kedua pria itu ditahan oleh pasukan anti-terorisme, di sebuah distrik di kota Lucknow, ibu kota negara bagian utara Uttar Pradesh.

Baca juga: Taliban Makin Kuat di Afghanistan, India Pulangkan Pejabat Konsulat

Direktur Jenderal Polisi Uttar Pradesh Prashant Kumar mengatakan, pasangan itu memiliki hubungan dengan Ansar Ghazwat-ul-Hind, cabang Kashmir dari kelompok jihad Al-Qaeda.

"Mereka menargetkan tempat-tempat pasar yang ramai untuk ledakan, dan Lucknow adalah target utama mereka," kata Kumar dalam konferensi pers melansir AFP.

Dia menambahkan bahwa dugaan serangan di negara bagian itu direncanakan terjadi sebelum 15 Agustus, Hari Kemerdekaan India.

"Mereka berencana untuk melakukan ledakan bom dan ledakan bom manusia, dan telah mengumpulkan senjata dan bahan peledak untuk ini."

Dia menambahkan bahwa senjata, bahan peledak, dan panci presto juga ditemukan.

Ansar Ghazwat-Ul-Hind, sebuah kelompok pemberontak kecil yang didirikan pada 2017 di wilayah Himalaya Kashmir, diperebutkan antara saingan nuklir dan tetangga India dan Pakistan.

Kelompok itu dibentuk oleh Zakir Musa, seorang militan papan atas yang telah berjanji setia kepada Al-Qaeda. Dia menyatakan berjuang untuk mendirikan kekhalifahan Islam di Kashmir.

Musa dibunuh oleh pasukan pemerintah India di Kashmir pada 2019.

Pada April, polisi di Kashmir mengatakan, mereka telah membunuh lima tersangka militan termasuk kepala Ansar Ghazwat-ul-Hind saat itu, Imtiyaz Shah.

Polisi sebelumnya mengatakan bahwa kelompok Ansar Ghazwat-ul-Hind dimusnahkan tahun lalu.

Baca juga: Beruntung, Sopir Taksi Asal India Menang Undian Jutaan Dirham di Dubai

Direktur Jenderal Polisi Uttar Pradesh Prashant Kumar mengeklaim dugaan rencana terorisme itu dikoordinasikan dari Pakistan.

Kelompok pemberontak di Kashmir telah memerangi tentara India sejak 1989, mereka menuntut kemerdekaan atau penggabungan wilayah itu dengan Pakistan.

Pertempuran itu telah menewaskan puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil.

Pada Agustus 2019, pemerintah nasionalis-Hindi Perdana Menteri Narendra Modi mencabut semi-otonomi Kashmir yang dikelola India, dan membawanya di bawah pemerintahan langsung.

Penangkapan pada Minggu (11/7/2021) terjadi menjelang pemilihan umum di Uttar Pradesh dan enam negara bagian lainnya pada 2022.

Partai Bharatiya Janata pimpinan Modi berusaha mempertahankan kekuasaan di enam negara bagian, termasuk Uttar Pradesh.

Baca juga: Tentara AS Pergi, Afghanistan Minta Bantuan Rusia, China, dan India

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com