Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampan Berisi Balita dan 11 Penumpang Ditemukan di Pulau Terpencil Setelah 36 Jam Hilang

Kompas.com - 10/07/2021, 18:53 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

PORT MORESBY, KOMPAS.com - Seorang gadis balita ditemukan hidup 36 jam setelah dia hilang saat naik sampan bersama neneknya, anjing mereka, dan 11 orang lainnya.

Balita asal Australia, Lilycae Kilvert tinggal di Bougainville, yang merupakan bagian dari Papua Niugini.

Baca juga: Unggah Video Menari di TikTok, Miss Papua Niugini Dipaksa Tanggalkan Mahkotanya

Bersama neneknya, bocah lima tahun itu meninggalkan ibu kota Pulau Buka dengan perahu pada Rabu pagi (7/7/2021).

Tapi, perahu mereka tidak pernah tiba di pulau tujuan mereka, Pulau Nissan.

Baru pada Kamis malam (8/7/2021), ayah Lilycae, Andrew Kilvert, menerima berita mengerikan bahwa putrinya hilang.

Sang ayah yang khawatir segera menyiapkan perahunya untuk pergi dan mencari keluarganya.

Tapi, dia kemudian menerima telepon bahwa sampan yang membawa Lilycae dan yang lainnya telah tiba di sebuah pulau terpencil. Letaknya sekitar 50 km utara dari tempat mereka seharusnya berlabuh.

"Biasanya, saya benar-benar melarang anak-anak saya naik sampan ini," ujar Kilvert kepada ABC.

“Tapi dia sangat bersemangat untuk pergi bersama Neneknya kembali ke pulau itu, sehingga saya berkata: 'Yah, melihat kondisi cuacanya sangat tenang ... jadi saya akan membuat pengecualian kali ini’.” katanya.

Tidak disangka, pengecualian itu adalah keputusan yang salah.

Baca juga: Pulau Terpencil Ini akan Dilelang dengan Harga Pembukaan Rp 1,6 Miliar

Kilvert telah tinggal di pulau Bougainville selama 30 tahun dan menjalankan perusahaan layanan perahu lokal.

Dia mengatakan perairan di sekitar pulau bisa sangat ‘ganas’ dan berbahaya. Dia telah dipanggil untuk menyelamatkan kelompok yang berangkat dengan sampan beberapa kali.

"Ada rantai gunung berapi yang di lautan dalam, itu memunculkan arus besar yang berputar-putar, sehingga sulit untuk memprediksi pergerakannya (laut)," katanya melansir Daily Mail.

Sang ayah, yang berkewarganegaraan Australia, memulai perjalanan 20 jam untuk menjemput gadis kecilnya pada Jumat pagi (9/7/2021).

Ada beberapa laporan tentang kapal dan pelancong yang hilang di perairan Bougainville.

Pada Februari tahun lalu, 12 penumpang meninggalkan pulau itu untuk melakukan perjalanan sejauh 100 km ke Kepulauan Carteret ketika kano bermotor mereka terbalik.

Kelompok itu akhirnya terdampar di laut selama 32 hari dengan hanya empat penumpang yang selamat. Di antara delapan orang yang meninggal termasuk seorang bayi.

Agustus lalu, 12 pelancong lainnya hilang saat berlayar antara Pulau Nissan dan Buka. Laporan mengonfirmasi kelompok itu masih belum ditemukan hingga Desember.

Baca juga: Terdampar 33 Hari di Pulau Terpencil, 3 Orang Ini Bertahan Hidup Makan Kelapa

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com