Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 RUU Terbaru Inggris Dinilai Mengancam HAM dan Lingkungan, Apa Saja?

Kompas.com - 25/06/2021, 12:44 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

LONDON, KOMPAS.com - Pemerintah Inggris yang dipimpin Perdana Menteri Boris Johnson, memperkenalkan tiga undang-undang baru yang berpotensi membuat pelanggaran HAM "lebih mungkin terjadi".

Anggota bidang HAM dan lingkungan PBB David Boyd, dilansir Guardian, menyebut bahwa tiga RUU baru ini memungkinkan pelanggaran HAM lebih sulit dikenai sanksi.

Bahkan, saat bertujuan mencegah bencana iklim sekalipun

“Tiga undang-undang ini mengecilkan ruang gerak sipil, terutama saat krisis lingkungan global,” kata Boyd.

Baca juga: Utusan HAM PBB Khawatir Banyak Korban Tewas akibat Kelaparan di Myanmar

RUU yang dimaksud Boyd, adalah RUU kepolisian, yang mengusulkan perubahan penegakan dan hukuman.

Ada pula RUU sumber intelijen, yang melindungi penyamaran yang dilakukan negara dari penuntutan kejahatan.

Juga RUU yang berencana untuk melemahkan tinjauan yudisial, termasuk proses untuk menantang keputusan menteri, khususnya terkait isu lingkungan.

Baca juga: China Minta AS untuk Ngaca Soal Catatan HAM

"Ini berlawanan dengan arah yang harus kita tuju, yakni hak atas kebebasan berkumpul, berserikat, dan berekspresi. Padahal, semuanya sangat penting untuk kemajuan lingkungan”, kata Boyd.

“Salah satu hak dasar yang terancam adalah akses terhadap keadilan dan perubahan terhadap judicial review. Ini merupakan ancaman terhadap hak dasar masyarakat," ujarnya.

Baca juga: Terungkap Kerajaan Inggris Alami Krisis 40 Jam Usai Wawancara Harry dan Meghan dengan Oprah

Pernyataan Boyd ini dilempar setelah kelompok kampanye Not1More, meminta agar PBB lakukan intervensi untuk melindungi hak-hak pengunjuk rasa damai di Inggris.

Not1More mengatakan bahwa RUU baru ini, membuat orang-orang yang ingin mengakses hak demokrasi lewat protes damai, lebih rentan terhadap pembatasan yang tidak semestinya.

Kelompok yang berbasis di London mendesak PBB untuk segera bertindak.

"Kami meminta tidak ada perpanjangan kekuasaan polisi untuk membatasi atau membubarkan protes atau perkemahan sementara," ujar mereka.

"Kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai yang meningkat di Inggris, harus dihapuskan," tambahnya.

Baca juga: Unjuk Rasa Damai lewat Seni Teatrikal Melayat Mahasiswa Kendari yang Tewas Ditembak

Laporan firma hukum Global Diligence pada PBB baru-baru ini menyebut, Not1More sudah mendokumentasikan 400 insiden polisi yang diduga menggunakan perilaku agresif dan tidak beralasan untuk mencegah pengunjuk rasa.

Laporan itu mengklaim bahwa polisi telah melanggar hak pengunjuk rasa di bawah hukum internasional, menargetkan orang berdasarkan gender dan disabilitas, serta membahayakan nyawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com