Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Terancam Kehabisan Pasokan Bahan Pangan 2 Bulan Lagi

Kompas.com - 21/06/2021, 13:46 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber The Sun

PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara teracam kehabisan bahan pangan 2 bulan lagi, di tengah ketakutan Kim Jong Un terhadap bencana kelaparan masa lalu yang dapat terjadi lagi.

Sebagian harga bahan pokok pangan di Korea Utara disebutkan telah meroket sebagai akibat dari badai hebat yang merusak industri produksi negara, seperti kopi yang dijual lebih dari 70 poundsterling (Rp 1 juta) per pak.

Warga di ibu kota negara bagian Pyongyang membayar 3 kali lipat dari harga reguler untuk kentang, dan 50 poundsterling (sekitar Rp 721.700) untuk beberapa teh celup.

Baca juga: Utusan AS untuk Korea Utara Harap Pyongyang Beri Tanggapan Positif

Namun, harga beras dan bahan bakar dilaporkan masih stabil, menurut laporan CNN.

Kim Jong Un telah membahas krisis yang berkembang di sektor pertanian negaranya pada Selasa (15/6/2021), dan mengakui situsinya "makin tegang".

Diktator itu juga mengatakan kondisi ekonomi yang dikelola negara tidak dapat menopang kebutuhan makanan warganya.

Melansir The Sun pada Sabtu (19/6/2021), laporan terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengatakan bahwa stok bahan pangan yang tersisa di Korea Utara hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan selama 2 bulan.

Baca juga: Krisis Pangan Korea Utara Menjalar ke Bahan Non-pokok, Harga Kopi Rp 1 Jutaan Sebungkus

Ada kekhawatiran yang berkembang akan terulangnya bencana kelaparan pada 1990-an yang menghancurkan di Korea Utara, yang menurut beberapa perkiraan telah menewaskan lebih dari 3 juta warga Korea Utara.

Pada saat itu, negara komunis ini disebutkan mengalami kekurangan pasokan bahan pangan 860.000 ton secara nasional.

Kim menolak untuk merinci sejauh mana krisis pangan negaranya saat ini, tapi dia baru-baru ini memperingatkan warga untuk bersiap menghadapi "Arduous March," nama yang diberikan untuk krisis pangan pada 1990-an.

“Saya memutuskan untuk meminta organisasi Partai Buruh Korea di semua tingkatan, termasuk Komite Pusat dan para menteri, untuk melakukan upaya yang lebih keras untuk membebaskan rakyat kita dari 'arduous march' yang lebih sulit, meski sedikit," ujar Kim pada April.

Baca juga: Korea Utara Mulai Krisis Pangan, Harga Pisang di Sana Rp 640.000

Pandangan suram kondisi pangan itu diungkapkan selama sesi konferensi yang dihadiri oleh Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa pada Selasa (15/6/2021), dan awalnya dilaporkan oleh media resmi negara, KCNA.

Sanksi perdagangan internasional telah lama dialami negara Korea Utara, tetapi dampak buruk dari Covid-19 dikombinasikan dengan pembatasan impor barang telah membawa situasi suram negara pada puncaknya, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.

Akibat dari Covid-19, Korea Utara menutup perbatasannya untuk menahan penyebaran penyakit, termasuk perbatasannya dengan China.

Baca juga: Kim Jong Un Akui Korea Utara Krisis Pangan

Sementara, negara pariah ini sangat bergantung pada China tidak hanya untuk perdagangan pangan, tetapi juga pupuk dan bahan bakarnya.

Menyusul kondisi pangan dalam negeri yang buruk itu Pemimpin Korea Utara mengatakan dia telah mulai terbuka untuk diadakannya pembicaraan dengan Presiden AS Joe Biden.

Dia siap untuk “dialog dan konfrontasi” mengenai topik senjata nuklir.

Sebelumnya, Kim telah bersikukuh untuk tidak melanjutkan pembicaraan senjata dengan AS, yang dapat menawarkan bantuan dari sanksi yang mencekik ekonomi Korea Utara.

Baca juga: Kim Jong Un: Korea Utara Siap Berdialog atau Berkonfrontasi dengan AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com