Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Meninggal Covid-19 di Brasil Capai 500.000 Orang, Presiden Tetap Tolak Pembatasan Sosial

Kompas.com - 21/06/2021, 07:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

BRASILIA, KOMPAS.com - Presiden Brasil Jair Bolsonaro tetap menolak pembatasan sosial, meski korban meninggal karena Covid-19 mencapai 500.000 orang.

Institut kesehatan Fiocruz mengatakan, situasi di "Negeri Samba" tengah kritis dan ditakutkan bakal makin buruk.

BBC memberitakan, vaksinasi nasional yang begitu lambat ditengarai jadi penyebab besarnya kematian karena virus corona.

Baca juga: Brasil Capai 500.000 Kematian Covid-19, Kondisi Lebih Buruk Masih Mengancam

Dilansir The Sun Minggu (20/6/2021), baru 11 persen populasi warga dewasa yang mendapat vaksin Covid-19.

Presiden Jair Bolsonaro mendapat kritikan hebat karena tak becus dalam menangani pandemi virus corona.

Dia menentang upaya vaksinasi, penerapan lockdown, hingga kewajiban mengenakan masker selama berada di tempat umum.

Fiocruz menerangkan, korban meninggal maupun yang terinfeksi kini bergerak ke usia muda, 20 sampai 59 tahun.

Pakar memperingatkan dengan dimulainya musim dingin pada pekan depan, maka angka kasus maupun kematian bisa bertambah.

Meski begitu, pemerintahan Bolsonaro masih melonggarkan pembatasan sosial, di mana bar dan toko di banyak kota diizinkan buka.

Baca juga: Pawai Motor Tanpa Masker, Presiden Brasil Didenda Rp 1,6 Juta

Selain itu, banyak orang d Brasil tidak mengenakan masker maupun berusaha menjaga jarak saat di tempat umum.

"Warga sudah lelah dan mereka menganggap enteng kematian. Jadi, jalan kami masih panjang," kata Dr Natalia Pasternak Taschner dari Institut Pertanyaan Sains.

Pakar mikrobiologi itu mengatakan, mereka takkan bisa mengalahkan corona selama penegakan protokol kesehatan masih lemah.

Robert Almeida, warga di Rio de Janeiro menyebut Bolsonaro begitu absurd karena tetap menolak menegakkan protokol kesehatan.

"Dia mengabaikan baik realitas maupun akal sehat. Tidak ada penjelasan untuk situasi seperti ini," keluhnya kepada AFP.

Baca juga: Serrana, Kota Paling Sehat di Tengah Ancaman Covid-19 di Brasil

Denise Azevedo kepada Reuters berkata, kekebalan kelompok (herd immunity) tidak akan bisa dicapai tanpa vaksin.

"Tidak ada namanya perawatan. Saya sudah kehilangan banyak teman, hampir kehilangan sepupu. Banyak yang menjadi yatim piatu," ujar dia.

Oposisi dari Parlemen Brasil menuding Bolsonaro sengaja menahan vaksin demi alasan politis, dan terus mengabaikan betapa seriusnya corona.

Sementara Bolsonaro, yang popularitasnya terus anjlok, bersikeras dia sudah mengamankan vaksin dari beberapa negara.

Namun, dia tidak berkomentar saat ditanya mengenai kematian 500.000 orang akibat Covid-19.

Baca juga: Krisis Covid-19 Terjadi di Brasil, Presiden Jair Bolsonaro Disebut Bertanggung Jawab

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com