Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penutur Terakhir Bahasa Kuno yang Digunakan Manusia Paling Awal di Afrika Selatan

Kompas.com - 15/06/2021, 13:50 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan klik, agaknya mulut pembicara bahasa klik telah berubah menjadi instrumen perkusi.

Bayangkan, jika bahasa N|uu membuat perbedaan yang berarti antara 45 klik; mendengar bahasa ini diucapkan dengan lancar adalah sama dengan menikmati pertunjukan kembang api linguistik.

Yang menarik dari klik dalam bahasa N|uu adalah apa yang disebut sebagai "ciuman klik."

Bilabial fenomenal langka itu terdengar seperti suara ciuman dan hanya ada dalam dua dari 7.000 atau lebih bahasa lain di dunia. (Salah satunya adalah bahasa Taa, yang memiliki 111 fonem klik.)

Seiring bertambahnya usia Esau, urgensinya untuk menabur benih baru bahasa N|uu telah meningkat.

Katrina Esau mengajar bahasa N|uu dari ruang sekolah di halaman depan rumahnya, dalam upaya melestarikan bahasa itu.

Pada awal 2000-an, ia mulai mengajar bahasa tersebut kepada komunitasnya dari ruang sekolah yang dibangun di halaman depan rumahnya yang berlokasi di Rosedale, sebuah kota dekat Upington.

Esau mengajar dengan lagu, tarian, dan permainan.

Murid-muridnya, yang berusia antara tiga hingga 19 tahun, adalah satu-satunya siswa bahasa N|uu di dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pihak telah mendukung upaya Esau.

Sebuah tim ahli bahasa telah membantu membuat ortografi dan materi pendidikan bahasa N|uu. Dengan begitu cucu Esau, Claudia Snyman, dapat mengajar bahasa tertulis, karena Esau tidak bisa membaca.

Tortoise and Ostrich, sebuah buku cerita anak-anak dalam bahasa N|uu, Afrikaans dan Inggris diterbitkan pada Mei lalu.

Baca juga: Kisah Perang Dunia 1: Berakhir pada Tahun 1918 dengan Kekalahan Blok Sentral

'Citra pemburu-pengumpul telanjang'

Tetapi keindahan bahasa NΙuu tidak boleh digunakan untuk melukiskan gambaran yang terlalu romantis tentang Suku San.

Michael Daiber adalah manajer pusat warisan !Khwa ttu (!Khwa ttu heritage centre). Kantornya yang terletak satu jam berkendara ke utara Cape Town itu, disebut sebagai "Kedutaan" San.

Daiber mengatakan pusat warisan budaya tersebut, yang juga menawarkan akomodasi, adalah penangkal citra "matahari terbenam dan siluet dan orang-orang yang tersenyum" yang lekat dengan Suku San, yang juga dikenal sebagai Bushman.

"Penguasa terbiasa mempromosikan citra Bushman sebagai pemburu-pengumpul yang telanjang," .

"Semua bahasa 'yang terakhir bertahan', 'pertemuan unik', 'datang dan lihatlah selagi masih ada.”

Para pemimpin yang mendirikan !Khwa ttu pada 1996 berkata, 'Ini bukan cerita kami. Tanah kami telah diambil dari kami. Kami memiliki sejarah yang sangat sulit.'"

"(Lokasi) di mana Suku San tinggal, seperti tanah kosong," tambah Joram Uiseb, anggota Suku San dari kelompok Hai||om Namibia, yang merupakan koordinator warisan di !Khwa ttu.

"Tanah adalah kehidupan. Ambil saja dari alam apa yang benar-benar Anda butuhkan."
Bagi Suku San, tanah adalah tentang pengelolaan bukan kepemilikan, dan Afrika Selatan dengan mudah direbut dari mereka.

"Pada 1980-an, saya diberitahu bahwa tidak ada lagi orang-orang Bushman yang tersisa," kata Daiber.

"Dan di sini 40 tahun kemudian saya memiliki karier bekerja hanya dengan orang-orang San. Bagaimana Anda mengukur hal itu dan siapa yang memutuskan?"

"Itu" yang dia maksud adalah identitas Suku San. Bahkan "San" sendiri merupakan eksonim untuk penduduk asli Afrika Selatan. Itu diperkenalkan oleh Khoikhoi, orang-orang yang datang dari Botswana modern.

Istilah "Bushman", sementara itu, adalah terjemahan dari "Boesman." Oleh orang Belanda, yang menetap di wilayah itu sejak pertengahan abad ke-17, merujuk pada pemburu dan pengumpul.

Tapi sementara bahasa dan gaya hidup Suku San sebagian besar telah terhapus, orang-orangnya tetap hidup.

"Sungguh luar biasa cara mereka bertahan hidup," kata Daiber.

Baca juga: Kisah Invasi Normandia, Serangan Pasukan Sekutu terhadap Nazi Jerman

Pusat warisan !Khwa ttu, yang terletak satu jam berkendara ke utara Cape Town, dianggap sebagai pusat sejarah, budaya dan warisan Suku San.MICHAEL DAIBER via BBC INDONESIA Pusat warisan !Khwa ttu, yang terletak satu jam berkendara ke utara Cape Town, dianggap sebagai pusat sejarah, budaya dan warisan Suku San.

Tempat belajar bagi orang San

Ada antara 120.000 dan 140.000 warga Suku San yang tinggal saat ini di Afrika selatan: sekitar 60.000 di Botswana, 40.000 di Namibia dan sisanya di Afrika Selatan, dengan sejumlah kecil di Angola, Zambia, dan Zimbabwe.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com