Media berita pun turut menggunakan aplikasi ini untuk mendistribusikan konten mereka, termasuk DW.
Baca juga: Cheugy, Bahasa Baru dari TikTok, Apakah Artinya?
Sejak Juli 2020, ketika yayasan dimulai, total 64.000 klaim telah dikumpulkan dari seluruh Eropa, hampir sepertiganya berasal dari Belanda.
Orangtua membayar 17,50 euro (Rp 305 ribu) untuk mendaftarkan klaim mereka, guna memberikan SOMI kekuatan finansial untuk mendanai gugatan kasus ini.
SOMI mengeklaim bahwa yayasannya mewakili satu juta anak di bawah umur, bahkan jika mereka tidak terkait langsung dengan yayasan.
"Anda dapat membandingkannya dengan klaim kolektif lainnya seperti kasus Urgenda," kata Linders.
"Di sana, tindakan diambil terhadap perubahan iklim untuk semua orang di Belanda. Ini tentang anak-anak yang telah menggunakan TikTok," imbuhnya.
Baca juga: Istri Polisi Thailand Pamer di TikTok Naik Helikopter Kepolisian, Pangkat Suami Langsung Diturunkan
Kompensasi finansial sebesar 1,4 miliar euro (Rp 24 triliun) didasarkan pada dampak buruk yang diakibatkan pada anak-anak dari berbagai kelompok umur sejak 25 Mei 2018.
Kelompok tersebut mengeklaim bahwa anak-anak paling muda yang berisiko adalah yang berusia di bawah 13 tahun, dan meminta kompensasi untuk setiap anak senilai 2.000 euro (Rp 34,8 juta)
Mereka juga meminta kompensasi 1.000 euro (Rp 17,4 juta) untuk anak-anak usia 13 hingga 15 tahun dan 500 euro (Rp 8,7 juta) untuk usia 16 dan 17 tahun.
Kasus ini mengikuti penyelidikan di Amerika Serikat pada 2019 yang atas perintah presiden saat itu, Donald Trump mengancam akan melarang aplikasi media sosial populer itu beroperasi.
Baca juga: Viral di TikTok, Seorang Ibu Hobi Bersihkan Nisan untuk Obati Depresi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.