Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Inggris Melonjak 24 Persen dalam Satu Minggu, Varian India Jadi Perhatian

Kompas.com - 29/05/2021, 08:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Jumlah total kasus Covid-19 Inggris meningkat 24 persen hanya dalam satu minggu, dengan total minggu ini mencapai 20.765 kasus.

Para ilmuwan mengatakan Inggris sekarang akan mengalami gelombang ketiga Covid-19.

Ada spekulasi yang berkembang bahwa varian Covid-19 India dapat menyebabkan pemerintah Inggris menunda pelonggaran pembatasan kuncian.

Varian tersebut diyakini bertanggung jawab hingga 75 persen dari kasus baru di Inggris, dan dianggap lebih mudah menular daripada jenis virus sebelumnya.

Jumlah infeksi virus corona baru di Inggris mencapai yang tertinggi dalam hampir dua bulan pada Jumat (28/5/2021) menurut laporan AP.

Baca juga: Peneliti Putri Asal Indonesia Raih Penghargaan Riset Post-Doktoral di Inggris

Terlambat karantina

Jumlah kasus baru tetap jauh di bawah catatan tertinggi harian pada Januari yang mencapai hampir 70.000, yang menandai puncak gelombang kedua.

Masalahnya, tren kenaikan telah menimbulkan pertanyaan tentang rencana pemerintah Inggris untuk mencabut semua pembatasan sosial yang tersisa pada 21 Juni.

Downing Street telah mencabut pembatasan secara bertahap. Pub dan restoran sudah diizinkan buka untuk melanjutkan layanan dalam ruangan minggu lalu.

Sementara dalam keputusan terbarunya, Inggris berencana melakukan pelonggaran berikutnya pada 14 Juni.

Kritikus berpendapat bahwa pemerintah Konservatif yang harus disalahkan atas penyebaran varian Covid-19 di Inggris.

Mereka mengatakan para pejabat bertindak terlalu lambat untuk memberlakukan persyaratan karantina yang paling ketat, pada semua orang yang datang dari India. Padahal negara itu menjadi episentrum baru kebangkitan bencana pandemi Covid-19.

Banyak ilmuwan mengatakan peningkatan kasus tidak mengherankan.

Baca juga: Varian Covid-19 India Sudah Menyebar Luas, Pemerintah Inggris Waswas

Ancaman populasi muda

Peluncuran vaksin yang cepat, diharap menyediakan “perlindungan” di negara yang telah mengalami 127.500 jiwa kematian Covid-19 tersebut, tertinggi di Eropa.

Sementara orang yang paling rentan harus mendapatkan perlindungan vaksin, ada kekhawatiran virus dapat menyebar secara luas di antara orang dewasa yang lebih muda.

Hingga Jumat (28/5/2021), 58 persen populasi Inggris telah menerima setidaknya satu dosis vaksin dan sekitar 35 persen telah mendapatkan dua suntikan.

Program vaksinasi Inggris dimulai dengan kelompok usia tertua dan memiliki target untuk memberikan dosis kepada semua orang dewasa pada akhir Juli.

“Tampaknya hampir pasti bahwa kita akan menghadapi gelombang ketiga Covid-19 dengan meningkatnya infeksi,” kata James Naismith, seorang profesor biologi struktural di Universitas Oxford.

Menurutnya, varian India tampaknya sebagian besar akan terbatas pada populasi muda yang tidak divaksinasi.

Kemungkinan besar menyebabkan penyakit serius pada kelompok ini jauh lebih kecil. Namun, dia menegaskan, kemungkinan lebih kecil tidak sama dengan nol.

“Dengan jumlah infeksi yang cukup besar, jumlah yang cukup besar juga akan sakit parah," terang profesor Universitas Oxford itu.

Baca juga: Inggris Gunakan Drone untuk Kirim Peralatan Medis ke Wilayah Terpencil

Berharap pada vaksin

Di saat yang sama regulator Inggris mengesahkan penggunaan vaksin dosis tunggal dari Johnson & Johnson. Otorisasi terbaru ini membuat jumlah vaksin “The Black Country” menjadi empat jenis.

Otorisasi tersebut muncul di tengah spekulasi yang berkembang bahwa varian baru dari virus yang pertama kali diidentifikasi di India, dapat mendorong pemerintah Inggris menunda pelonggaran pembatasan Covid-19.

Newsweek melaporkan pada Jumat (28/5/2021), Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan mengatakan vaksin Johnson & Johnson memenuhi "standar keamanan, kualitas dan efektivitas yang diharapkan."

Regulator Inggris sebelumnya mengizinkan rejimen dua dosis yang dikembangkan oleh Pfizer/BioNTech, AstraZeneca dan Universitas Oxford, dan Moderna.

Regulator mengatakan vaksin yang dikembangkan oleh anak perusahaan J&J Janssen telah terbukti 67 persen efektif secara keseluruhan dalam mencegah infeksi Covid-19 dan 85 persen efektif dalam mencegah penyakit parah atau rawat inap.

Ini dapat disimpan pada suhu lemari es 2 hingga 8 derajat Celcius (36 hingga 47 F). Menurut regulator, kondisi tersebut membuat vaksin J&J Janssen "ideal untuk distribusi ke rumah perawatan dan lokasi lain."

Baca juga: Dua Positif Covid-19, Delegasi India di KTT G-7 Inggris Isolasi Mandiri

Rincian kelompok mana yang akan mendapatkan vaksin belum ditentukan. Ada spekulasi itu mungkin hanya diberikan kepada orang dewasa yang lebih tua, setelah dikaitkan dengan laporan pembekuan darah yang langka.

Vaksin Johnson & Johnson tampaknya siap digunakan sebagai bagian dari program booster yang direncanakan di negara itu pada musim gugur.

Pemerintah Inggris telah mengubah pesanannya dari tahun lalu dari 30 juta dosis J&J menjadi 20 juta.

"Karena Janssen adalah vaksin dosis tunggal, ini akan memainkan peran penting dalam beberapa bulan mendatang karena kami melipatgandakan upaya kami untuk mendorong semua orang agar mendapatkan suntikan mereka dan berpotensi memulai program booster akhir tahun ini," kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com