Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Gedung Media Gaza: Tidak Ada Bukti Hamas di Menara Perkantoran yang Diserang Israel

Kompas.com - 24/05/2021, 14:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

GAZA, KOMPAS.com - Pemilik gedung media di Jalur Gaza yang hancur oleh serangan udara Israel pada 15 Mei mengatakan pihaknya tidak pernah melihat bukti keberadaan Hamas di dalam gedung tersebut.

Pernyataan kepada Insider tersebut mengonfirmasi keterangan Associated Press (AP), sebelum menara itu menjadi puing-puing selama konflik baru-baru ini antara Israel dan Hamas.

Baca juga: “Bagai Diterjang Tsunami,” Warga Gaza Hitung Kerusakan Pasca-perang

Kantor berita internasional, yang belasan tahun menempati menara 12 lantai itu, juga menyatakan "tidak ada indikasi kehadiran Hamas di gedung."

Secara terpisah, duta besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeklaim kepada radio Israel, bahwa dia yakin AP "tidak mengetahui keberadaan Hamas di dalam gedung" sebelum serangan dilakukan.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan pemerintah Israel, bagaimanapun, mengatakan kepada Insider bahwa Hamas telah diam-diam menggunakan gedung tersebut untuk tujuan intelijen militer.

Israel juga menuding unit yang beroperasi di luar gedung telah melakukan operasi sabotase terhadap IDF.

Namun pejabat Israel tidak menawarkan bukti definitif kepada Insider, tentang bagaimana mereka tahu Hamas telah menggunakan bangunan itu.

Adanya perbedaan keterangan terkait hal ini membuat motif dibalik penghancuran menara masih tidak pasti.

Gedung tersebut juga menampung biro jaringan TV Al Jazeera dan outlet media lain yang meliput Gaza.

AP menggunakan atap gedung untuk merekam liputan langsung serangan roket dan serangan udara selama konflik.

Baca juga: Misi Rahasia Israel di Balik Penghancuran Gedung-gedung Utama Gaza

Jawad Mahdi, pemilik gedung Jalaa, berbicara kepada Insider sambil berdiri di luar reruntuhan bangunan yang masih berasap. Dia menegaskan tidak ada anggota Hamas, atau kantor milik Hamas, di dalam gedung.

"Kami tidak memiliki terorisme, tidak ada roket, tidak ada apa-apa. Itu adalah kehidupan normal, tidak ada militan atau apa pun," tegasnya melansir Insider pada Minggu (23/5/2021).

Penolakan waktu evakuasi

IDF memiliki kebijakan untuk memperingatkan warga bangunan sipil di Gaza sebelum mereka menyerang. Peringatan itu diberikan supaya mereka dapat mengungsi dan meminimalkan potensi korban jiwa.

Mereka juga memulai serangan mereka dengan bom "pengetuk atap" yang mengguncang bangunan segera sebelum kehancurannya. Ini digunakan untuk berjaga-jaga, jika ada orang di dalam gedung yang tidak menerima peringatan tersebut.

Mahdi menghabiskan 10 menit terakhir sebelum serangan itu memohon kepada seorang perwira intelijen Israel di telepon.

Baca juga: Beri Kami 10 Menit, Detik-detik Menegangkan Sebelum Israel Ledakkan Gedung Al Jazeera

Dia meminta agar mengizinkan wartawan kembali ke dalam menara untuk mengambil barang-barang mereka.

"Yang saya minta adalah membiarkan empat orang ... masuk ke dalam dan mengambil kamera mereka," katanya, menurut AP.

"Kami menghormati keinginan Anda, kami tidak akan melakukannya jika Anda tidak mengizinkannya, tetapi beri kami 10 menit," kata dia saat itu. Tapi permohonan itu ditolak.

"Kamu telah menghancurkan pekerjaan, kenangan, dan hidup kami. Aku akan menutup telepon, lakukan apa yang kamu inginkan. Ada Tuhan," ucapan terakhir Mahdi kepada IDF saat itu.

Di antara lantai beton gedung yang runtuh, Mahdi melihat melalui puing-puing bersama kru kamera Insider.

Dia mengangkat singlet dengan karakter kartun di atasnya. Menurutnya pakaian itu biasa diproduksi di Gaza, dan digunakan orang untuk bepergian.

"Ini bukan pakaian untuk para pejuang yang ingin berperang dengan Israel. Ini adalah pakaian yang dikenakan orang untuk pergi ke laut dan bepergian. Warga Gaza mencintai kehidupan," kenangnya.

"Mereka mengklaim ada aktivitas teroris di dalam gedung. Ini gedung 15 lantai (termasuk basement). Kalau di kantor seluas 50 atau 70 meter persegi ada aktivitas terorisme, apakah solusinya harus meruntuhkan seluruh gedung?”

Baca juga: KABAR DUNIA SEPEKAN: Gencatan Senjata Israel dan Hamas | Lonjakan Kasus Covid-19 Malaysia

Berlindung dibalik sipil

Seorang juru bicara IDF mengatakan kepada Insider bahwa serangan itu diperintahkan karena gedung itu "berisi aset militer milik kantor intelijen organisasi teror Hamas.

Menurut IDF, gedung berisi kantor media sipil menjadi tempat organisasi teror Hamas bersembunyi dan digunakan sebagai tameng manusia.

Organisasi teror Hamas, kata dia, sengaja menempatkan target militer di jantung kawasan sipil padat penduduk di Jalur Gaza.

Karena itu sebelum penyerangan, IDF memberikan peringatan dini kepada warga sipil di dalam gedung dan memberikan waktu yang cukup bagi mereka untuk mengungsi dari lokasi.

Gedung Jalaa menampung intelijen militer Hamas, dan aset militer milik organisasi teror Hamas dan Jihad Islam. Gedung tersebut menampung unit Penelitian dan Pengembangan Hamas, yang antara lain bertanggung jawab atas kegiatan teror yang dilakukan terhadap Negara. Israel.”

“Unit Litbang terdiri dari ahli yang merupakan aset unik bagi organisasi teroris Hamas. Unit itu mengoperasikan peralatan teknologi Hamas yang paling berharga untuk melawan Israel. Seperti untuk menyabotase dan mengganggu tindakan IDF dan warga sipil di daerah yang berbatasan dengan Jalur Gaza."

Baca juga: Israel: Menara Perkantoran yang Dibom Bukan Pusat Media Internasional, tetapi Markas Besar Hamas

Presiden dan CEO AP Gary Pruitt kemudian berkata, "Kami tidak memiliki indikasi kehadiran Hamas di dalam gedung."

Menurutnya, AP juga tidak mendapat peringatan tentang kemungkinan kehadiran kelompok itu sebelum serangan udara. Padahal hal itu adalah sesuatu yang harus diperiksa sebaik mungkin oleh media.

"Kami tidak tahu apa bukti yang ditunjukkan Israel, dan kami ingin tahu."

"Seandainya kami melihat informasi kredibel bahwa jurnalis kami berisiko atau kemampuan kami untuk melaporkan berita secara akurat dan adil telah dikompromikan, kami akan mengambil tindakan untuk mengatasi situasi tersebut. Kami tidak akan pernah secara sadar membahayakan jurnalis kami," tegas Pruitt.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com