Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran Warga di Jalur Gaza: Ini Bukan Perang Terakhir

Kompas.com - 22/05/2021, 13:07 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

GAZA, KOMPAS.com - Banyak orang Israel dan Palestina mengungkapkan rasa lelah dan "deja vu" tentang gencatan senjata Israel dan Hamas yang terbaru di Jalur Gaza.

Terlebih mengingat empat perang terjadi dalam 13 tahun, atau tepatnya empat pertempuran dalam satu konflik yang diselingi oleh periode tenang yang terputus-putus.

“Hidup akan kembali, karena ini bukan perang pertama, dan ini bukan perang terakhir,” kata seorang pemilik toko, Ashraf Abu Mohammad, di Gaza melansir Guardian pada Jumat (21/5/2021).

Baca juga: Biden Janji Bangun Ulang Gaza yang Hancur Lebur akibat Konflik Israel-Palestina

“Hati kami terluka, telah terjadi bencana, keluarga dihapus dari catatan sipil, dan ini membuat kami sedih. Tapi inilah takdir kita di negeri ini, untuk tetap bersabar.”

Tidak banyak yang bisa dirayakan di kota Beit Hanoun di utara yang terpukul parah, tempat penduduk, banyak di antaranya telah kehilangan orang yang dicintai.

Warga kini mengamati reruntuhan rumah mereka.

“Kami melihat kerusakan besar di sini, ini pertama kalinya dalam sejarah kami melihat ini,” kata Azhar Nsair.

Menurutnya, gencatan senjata adalah untuk orang-orang yang tidak menderita, yang tidak kehilangan orang yang mereka cintai, yang rumahnya tidak dibom.

Dari Kota Gaza ke Tel Aviv dan Yerusalem, sentimen yang sama bergema saat gencatan senjata mulai berlaku.

Bahkan di antara orang-orang Palestina yang merayakan gencatan senjata sebagai sebuah kemenangan, ada pengakuan sekali lagi, bahwa konsekuensi yang paling mungkin dari penghentian kekerasan adalah kembali ke status quo.

“Untung saja konflik akan berakhir, tapi sayangnya saya merasa kita tidak punya banyak waktu sebelum eskalasi berikutnya,” kata Eiv Izyaev, insinyur perangkat lunak Israel yang berusia 30 tahun di Tel Aviv.

Peaksi para pelayat dalam pemakaman anggota Brigade Izzedine al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas, yang tewas dalam pemboman terowongan oleh Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Jumat, 21 Mei 2021.AP PHOTO/YOUSEF MASOUD Peaksi para pelayat dalam pemakaman anggota Brigade Izzedine al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas, yang tewas dalam pemboman terowongan oleh Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Jumat, 21 Mei 2021.

Baca juga: Biden Puji Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza

Victoria Solkovits, 22 tahun, yang sedang mempelajari resolusi konflik dan mediasi di Universitas Tel Aviv dan tinggal di Beer Sheva, juga berhati-hati.

"Gencatan senjata sudah lewat beberapa hari, saya pikir itu akan bertahan. Tapi hanya untuk jangka waktu tertentu," katanya kepada Guardian.

Lebih lanjut kata dia, tanpa solusi politik, kekerasan dan gejolak akan selalu muncul kembali.

Dia pun menyadari rasa sakit yang dialami orang Israel, terutama di selatan, dan tingkat kehancuran yang dirasakan orang Palestina di sisi lain, sama sekali tidak ada yang setimpal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com