Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darwin Darmawan

Pendeta GKI, Mahasiswa doktoral ilmu politik Universitas Indonesia

Sederet Fakta Konflik Israel-Palestina Bukan Konflik Agama

Kompas.com - 22/05/2021, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGIAN masyarakat Indonesia memandang konflik Israel - Palestina sebagai konflik agama. Pandangan tersebut tidak memiliki basis empiris sebab penduduk negara Israel dan Palestina heterogen dalam hal suku bangsa dan agama.

Membingkai konflik di Palestina sebagai konflik agama juga kontraproduktif untuk mewujudkan perdamaian, sebab narasi perang agama akan memicu sikap pro kontra yang bersumber dari emosi keagamaan.

Heterogenitas penduduk Israel dan Palestina

Penduduk Israel heterogen dalam hal suku bangsa. Data dalam situs jewishvirtuallibrary.org menyebutkan, penduduk Israel terdiri dari 6. 894.000 orang Yahudi (74,9 persen), 1.966.000 (21,1 persen) orang Arab dan sisanya penduduk dari berbagai suku bangsa.

Heterogenitas penduduk Israel juga terlihat dalam agama. Mayoritas adalah penganut Yudaisme (78 persen).

Baca juga: 3 Alasan Mengapa Konflik Israel-Palestina Sulit Didamaikan

 

Umat Islam menempati prosentasi kedua terbesar, sebanyak 1.636.000(18 persen). Sebanyak 85 persen umat Islam di Palestina beraliran Sunni. Umat Kristiani dan Druze, masing-masing sebanyak 2 persen atau sekitar 180.000 orang.

Menariknya, ada beberapa Muslim Arab yang menjadi politisi Israel, bahkan menduduki jabatan penting secara politik.

Rhaleb Majadele, politisi Arab Muslim, ditetapkan menjadi menteri Ilmu pengetahuan, budaya dan olah raga pada 28 Januari 2007.

Selain itu, ada Ahmed Tibi, pemimpin Ta'al, sebuah partai Arab di Israel. Ia menjabat sebagai anggota Knesset (parlemen) sejak 1999.

Warga negara Israel yang beragama Islam, baik yang bersuku bangsa Arab mau pun etnik di luar Arab, ada yang bergabung menjadi bagian dari militer Israel.

Mereka mendukung berdirinya negara Israel di Palestina. Mereka ikut melakukan tindakan militer ketika konflik dengan orang Arab Palestina terjadi.

Baca juga: Konflik Israel dan Palestina Tak Terkait Agama, Pemerintah Diminta Edukasi Masyarakat

Penduduk Palestina juga heterogen. Tidak semuanya bersuku bangsa Arab. Ada yang bersuku bangsa Yahudi, Druze dan beberapa suku bangsa minoritas lainnya.

Dari sisi agama, umat Islam menjadi mayoritas penduduk (sekitar 85 persen). Tetapi ada juga orang Arab Kristen.

Ketika kekuasaan Ottoman berakhir di tahun 1922, umat Kristen di Palestina mencapai 22 persen dari total populasi. Di tahun 2017, jumlahnya tinggal 47.000 orang, sekitar satu persen dari total penduduk Palestina.

Dalam survey yang dilakukan oleh Palestinian Center for Policy and Survey Research (PCPSR) kepada 995 orang Kristen di Palestina, ditemukan fakta yang menarik.

Banyak orang Kristen Palestina ingin meninggalkan Palestina karena alasan ekonomi dan keamanan. Tetapi jauh lebih banyak lagi yang ingin tetap tinggal di sana. Jumlahnya hampir 70 persen.

Alasannya, mereka merasa sudah merasa menjadi bagian dari negara Palestina. Mereka juga mendukung keberadaan negara Palestina dan tidak menyukai tindakan militer Israel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com