Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Israel-Palestina (2): Bentrokan Awal sampai Solusi Dua Negara

Kompas.com - 14/05/2021, 18:53 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Kompas.com

Pemerintah Mandat Palestina mengajukan para tersangka provokator ke meja hijau setelah kerusuhan berakhir.

Dari hasil sidang itu, 26 warga Arab dan dua warga Yahudi terbukti membunuh dan dijatuhi hukuman mati.

Hukuman denda juga dijatuhkan secara kolektif kepada warga Arab di Hebron, Safed, dan sejumlah desa. Denda yang terkumpul kemudian diberikan kepada para korban kerusuhan.

Kerusuhan ini kemudian diselidiki sebuah komisi investigasi yang dibentuk Pemerintah Inggris.

Hasilnya, menyarankan agar Pemerintah Inggris meninjau ulang kebijakan imigrasi dan penjualan tanah kepada bangsa Yahudi.

Baca juga: Tayangkan Momen Saat Pria Arab Dikeroyok Massa, Media Israel Dikecam

Revolusi Arab

Setelah kerusuhan 1929, situasi politik di Mandat Palestina, meski tidak mendingin, relatif terkendali.

Tapi Revolusi Arab (1936-1939) pecah di Palestina, tujuannya antara lain menentang kekuasaan Inggris dan mencegah imigrasi Yahudi yang kembali masif.

Konflik yang dipimpin Imam Besar Yerusalem Mohammad Amin al-Husayni tersebut, adalah ketegangan terbesar dalam sejarah Mandat Palestina.

Terbunuhnya seorang ulama asal Suriah, Izz al-Din al-Qassam, pada November 1935 menjadi pemicu awal ketegangan.

Al-Qassam memang dikenal sebagai seorang ulama yang anti-Inggris dan anti-Zionisme. Dia merekrut para petani dan memberi mereka latihan militer.

Pada November 1935, dua anak buah Al-Qassam terlibat bentrok dengan polisi Inggris dan menewaskan seorang polisi. Polisi akhirnya memburu dan menewaskan Al-Qassam di sebuah gua dekat Ya'bad, Tepi Barat.

Kematian ini dengan cepat menyulut kemarahan warga Arab di Palestina.

Faktor lain pemicu Revolusi Arab adalah penemuan kiriman senjata dalam jumlah besar untuk Haganah (pasukan paramiliter Yahudi), di pelabuhan Jaffa.

Temuan ini memunculkan ketakutan, bahwa rencana bangsa Yahudi mengambil alih Palestina semakin meningkat.

Apalagi pada 1935, angka imigrasi Yahudi ke Palestina juga meningkat, hanya beberapa bulan sebelum Revolusi Arab Pecah.

Lalu sebanyak 164.000 lebih imigran Yahudi tiba di Palestina antara 1933 dan 1936. Populasi warga Yahudi mencapai 370.000 orang pada 1936.

Kondisi itu membuat hubungan antara warga Arab dan Yahudi semakin panas.

Baca juga: Israel Kerahkan Ribuan Tentara ke Gaza, Hamas Tebar Ancaman

Revolusi Arab akhirnya benar-benar pecah pada 15 April 1936. Awalnya, konvoi truk dari Nablus menuju Tulkarm diserang dan menewaskan dua warga Yahudi.

Sehari setelah serangan itu, kelompok bersenjata Yahudi menyerang balik, dan membunuh dua pekerja Arab di dekat Petah Tikva.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com