Namun, kecepatan pengembangan mereka menakjubkan. Pada 2019, mereka jadi negara pertama yang menjangkau bagian terjauh Bulan.
Sikap defensif terhadap kritikan AS diyakini Beijing menjadi penyebab "Negeri Uncle Sam" berusaha menghalangi mereka mencapai luar atmosfer Bumi.
Sejak 1999, Washington sudah menerapkan kontrol ekspor teknologi satelit ke China. Di 2011, Kongres mengesahkan larangan NASA berhubungan dengan Beijing.
Konsekuensinya, astronot "Negeri Panda" dilarang mengakses Stasiun Luar Angkasa (ISS), kolaborasi AS, Rusia, Eropa, Jepang, dan Kanada.
Karena itu, negara dengan ekonomi terkuat nomor dua dunia tersebut mulai mengembangkan stasiun mereka sendiri.
Baca juga: Roket China Jatuh di Samudra Hindia, NASA: Beijing Gagal Terapkan Standar
Bulan lalu, mereka meluncurkan modul pertama Tianhe atau Tiangong menggunakan Long March 5B, yang kemudian meresahkan dunia.
Meski memberikan serangan terhadap negara Barat, pejabat maupun ilmuwan "Negeri Panda" tak bisa memberi jawaban memuaskan mengapa roket mereka sampai menimbulkan keresahan.
Biasanya, bagian roket akan terlepas begitu mereka mencapai orbit bersala lintasan yang bisa diprediksi saat peluncuran.
Dan ketika mereka sudah mencapai orbit, mereka dilengkapi teknologi yang akan langsung menyasar laut jika jatuh.
Atau jika tidak, alat itu akan memandu roket tersebut ke tempat bernama "kuburan", berisi sampah angkasa untuk puluhan atau ratusan tahun kemudian.
Namun roket China seberat 18 ton menjadi obyek angkasa terbesar yang terbang tak terkendali dalam tiga dekade terakhir.
Baca juga: China Angkat Suara Setelah Roketnya Jatuh di Samudra Hindia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.