Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

China Tuding AS Tebar Ketakutan soal Roket Long March 5B

Selama satu pekan, wahana peluncur dengan bobot 18 ton itu menjadi perhatian karena dikhawatirkan bakal jatuh tak terkendali.

Baik badan luar angkasa hingga pakar antariksa sibuk memprediksi lintasan dan di mana dia akan jatuh.

Selama sepakan itu juga, China tetap diam meski dikritik karena dianggap tak bertanggung jawab oleh banyak pihak.

Beijing dituding membiarkan roket Long March 5B terbang tak terkendali, sehingga mengancam negara di bawahnya.

Akhirnya pada Minggu (9/5/2021), Beijing melalui badan antariksanya mengonfirmasi wahana itu jatuh di Samudra Hindia dekat Maladewa.

Bagi banyak orang yang memperhatikan beritanya, kabar ini jelas melegakan. Di "Negeri Panda", kepastian itu tidak hanya "kemenangan".

Namun, mereka menjadikan kesuksesan itu sebagai senjata dalam menyerang balik negara-negara Barat.

Dilansir CNN Senin (10/5/2021), Beijing menuduh negara Barat seperti AS sudah mendiskreditkan program luar angkasa mereka.

"Klaim dan fitnah yang mereka berikan sia-sia saja," papar Global Times, harian milik pemerintah, dalam editorial Minggu.

Surat kabar itu menyatakan ilmuwan AS dan badan antariksanya (NASA) sudah bertindak melawan hati nurani dan menjadi anti-intelektual.

Harian itu menyebut orang-orang begitu iri dengan keberhasilan dan kecepatan pengembangan program antariksa mereka.

Karena itu dalam tuduhan "Negeri Panda", lawan mencari ribut dengan menghancurkan upaya mereka menciptakan stasiun luar angkasa sendiri.

Beijing juga menanggapi kritik secara nasionalis dengan menyebut pihak pengkritik tengah "mencoreng nama China".

China terbilang terlambat dalam eksplorasi angkasa. Mereka baru meluncurkan satelit pada 1970-an, sekitar 12 tahun lebih lambat dari AS dan Uni Soviet.

Namun, kecepatan pengembangan mereka menakjubkan. Pada 2019, mereka jadi negara pertama yang menjangkau bagian terjauh Bulan.

Sikap defensif terhadap kritikan AS diyakini Beijing menjadi penyebab "Negeri Uncle Sam" berusaha menghalangi mereka mencapai luar atmosfer Bumi.

Sejak 1999, Washington sudah menerapkan kontrol ekspor teknologi satelit ke China. Di 2011, Kongres mengesahkan larangan NASA berhubungan dengan Beijing.

Konsekuensinya, astronot "Negeri Panda" dilarang mengakses Stasiun Luar Angkasa (ISS), kolaborasi AS, Rusia, Eropa, Jepang, dan Kanada.

Karena itu, negara dengan ekonomi terkuat nomor dua dunia tersebut mulai mengembangkan stasiun mereka sendiri.

Bulan lalu, mereka meluncurkan modul pertama Tianhe atau Tiangong menggunakan Long March 5B, yang kemudian meresahkan dunia.

Meski memberikan serangan terhadap negara Barat, pejabat maupun ilmuwan "Negeri Panda" tak bisa memberi jawaban memuaskan mengapa roket mereka sampai menimbulkan keresahan.

Biasanya, bagian roket akan terlepas begitu mereka mencapai orbit bersala lintasan yang bisa diprediksi saat peluncuran.

Dan ketika mereka sudah mencapai orbit, mereka dilengkapi teknologi yang akan langsung menyasar laut jika jatuh.

Atau jika tidak, alat itu akan memandu roket tersebut ke tempat bernama "kuburan", berisi sampah angkasa untuk puluhan atau ratusan tahun kemudian.

Namun roket China seberat 18 ton menjadi obyek angkasa terbesar yang terbang tak terkendali dalam tiga dekade terakhir.

https://www.kompas.com/global/read/2021/05/10/161957770/china-tuding-as-tebar-ketakutan-soal-roket-long-march-5b

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke