Dalam hal desain, kelas Nagapasa didasarkan pada kapal selam kelas Jang Bogo Korea Selatan, tetapi memiliki peningkatan pada susunan sonar, radar, dan sistem navigasinya.
Baca juga: Australia Nyatakan Siap Bantu Indonesia Mencari Kapal Selam KRI Nanggala-402
#3. Southeast Asia pic.twitter.com/9WBtmP3fYt
— Naval Analyses (@D__Mitch) July 22, 2018
Singapura mempertahankan armadanya di empat kapal selam sepanjang sejarah operasinya.
Dua kapal selam kelas Archer memasuki operasi pada 2013 untuk menggantikan dua dari empat kapal selam sebelumnya dari kelas Challenger.
Dua kelas Challenger yang tersisa pada akhirnya digantikan oleh dua kapal selam kelas Invincible yang dijadwalkan untuk pengiriman pada 2022 dan 2023.
Namun diketahui dua kelas Invincible selanjutnya juga akan dikirim mulai 2024. Masih harus dilihat apakah Archer akan dihentikan secara bertahap penugasannya dengan peningkatan jumlah armada ini.
Malaysia memiliki dua kapal selam serang diesel-listrik kelas Scorpene.
Pada 2007, “Negeri Jiran” mendirikan pangkalan angkatan laut baru di Teluk Sepanggar, di sebelah Laut Cina Selatan. Dua armada tersebut diketahui beroperasi di sana untuk melindungi wilayah sengketa itu.
Kapal selam kelas Scorpene pertama Angkatan Laut Malaysia membutuhkan waktu tujuh tahun untuk dibangun sebelum ditugaskan pada 2009. Sebaliknya, kapal selam kelas Kilo pertama Vietnam membutuhkan separuh dari waktu itu untuk dioperasikan.
Angkatan Laut Kerajaan Malaysia (RMN) berencana untuk memiliki kekuatan empat kapal selam. Tetapi kemungkinan jumlahnya akan tetap menggunakan dua untuk waktu yang lama.
Sampai saat ini, Laporan Auditor Jenderal Malaysia yang dirilis pada 2020 dan berfokus pada pengoperasian kapal selam RMN, memperingatkan bahwa mulai 2023 RMN akan menghadapi masalah dalam memelihara awak untuk kedua kapal selamnya.
Hal ini disebabkan kombinasi penurunan lamaran awak untuk operasi kapal selam dari 2010-2019. Itu berdampak pada jumlah kelulusan dan kualifikasi awak kapal selam, dan fakta bahwa sejumlah personel berkualifikasi kapal selam akan pensiun atau meninggalkan tugas dalam periode 2019-2023.
Baca juga: Taiwan: Negara-negara Eropa Bantu Kembangkan Kapal Selam Dalam Negeri
Pengoperasian kapal selam menuntut awak memiliki kombinasi elite antara karakteristik fisik, mental dan kecerdasan serta kemampuan yang tidak mudah ditemukan di sebagian besar penduduk.
Kumpulan orang-orang seperti itu tidak banyak dari total jumlah yang benar-benar bergabung dengan angkatan laut, dan secara sukarelawa mau bertugas di kapal selam.
Jadi bukan hanya masalah biaya, karena alasan ini juga sejumlah negara memiliki batasan jumlah kapal selam yang sebenarnya mamoy mereka miliki di armadanya.
Laporan The Asan Forum menyebut hanya negara-negara Asia Tenggara dengan populasi dan militer yang besar menghadapi lebih sedikit masalah seperti ini. Misalnya, Vietnam memiliki enam kapal selam operasional dan Indonesia yang menargetkan memiliki 10-12 armada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.