Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut Kapasitas Kapal Selam di Kawasan Asia Tenggara

Kompas.com - 23/04/2021, 11:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Dalam hal desain, kelas Nagapasa didasarkan pada kapal selam kelas Jang Bogo Korea Selatan, tetapi memiliki peningkatan pada susunan sonar, radar, dan sistem navigasinya.

Baca juga: Australia Nyatakan Siap Bantu Indonesia Mencari Kapal Selam KRI Nanggala-402

 

Singapura

Singapura mempertahankan armadanya di empat kapal selam sepanjang sejarah operasinya.

Dua kapal selam kelas Archer memasuki operasi pada 2013 untuk menggantikan dua dari empat kapal selam sebelumnya dari kelas Challenger.

Dua kelas Challenger yang tersisa pada akhirnya digantikan oleh dua kapal selam kelas Invincible yang dijadwalkan untuk pengiriman pada 2022 dan 2023.

Namun diketahui dua kelas Invincible selanjutnya juga akan dikirim mulai 2024. Masih harus dilihat apakah Archer akan dihentikan secara bertahap penugasannya dengan peningkatan jumlah armada ini.

Baca juga: KRI Nanggala Hilang Kontak, Berikut Insiden Melibatkan Kapal Selam 6 Tahun Terakhir

Malaysia

Malaysia memiliki dua kapal selam serang diesel-listrik kelas Scorpene.

Pada 2007, “Negeri Jiran” mendirikan pangkalan angkatan laut baru di Teluk Sepanggar, di sebelah Laut Cina Selatan. Dua armada tersebut diketahui beroperasi di sana untuk melindungi wilayah sengketa itu.

Kapal selam kelas Scorpene pertama Angkatan Laut Malaysia membutuhkan waktu tujuh tahun untuk dibangun sebelum ditugaskan pada 2009. Sebaliknya, kapal selam kelas Kilo pertama Vietnam membutuhkan separuh dari waktu itu untuk dioperasikan.

Angkatan Laut Kerajaan Malaysia (RMN) berencana untuk memiliki kekuatan empat kapal selam. Tetapi kemungkinan jumlahnya akan tetap menggunakan dua untuk waktu yang lama.

Sampai saat ini, Laporan Auditor Jenderal Malaysia yang dirilis pada 2020 dan berfokus pada pengoperasian kapal selam RMN, memperingatkan bahwa mulai 2023 RMN akan menghadapi masalah dalam memelihara awak untuk kedua kapal selamnya.

Hal ini disebabkan kombinasi penurunan lamaran awak untuk operasi kapal selam dari 2010-2019. Itu berdampak pada jumlah kelulusan dan kualifikasi awak kapal selam, dan fakta bahwa sejumlah personel berkualifikasi kapal selam akan pensiun atau meninggalkan tugas dalam periode 2019-2023.

Baca juga: Taiwan: Negara-negara Eropa Bantu Kembangkan Kapal Selam Dalam Negeri

Pengoperasian kapal selam menuntut awak memiliki kombinasi elite antara karakteristik fisik, mental dan kecerdasan serta kemampuan yang tidak mudah ditemukan di sebagian besar penduduk.

Kumpulan orang-orang seperti itu tidak banyak dari total jumlah yang benar-benar bergabung dengan angkatan laut, dan secara sukarelawa mau bertugas di kapal selam.

Jadi bukan hanya masalah biaya, karena alasan ini juga sejumlah negara memiliki batasan jumlah kapal selam yang sebenarnya mamoy mereka miliki di armadanya.

Laporan The Asan Forum menyebut hanya negara-negara Asia Tenggara dengan populasi dan militer yang besar menghadapi lebih sedikit masalah seperti ini. Misalnya, Vietnam memiliki enam kapal selam operasional dan Indonesia yang menargetkan memiliki 10-12 armada.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com