KOMPAS.com - Sejumlah negara berbondong-bondong membantu Indonesia dalam misi pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021), pukul 03.00 waktu setempat.
Tawaran bantuan antara lain datang dari Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Turki, India, Rusia dan Australia. Komunikasi sudah dilakukan antara dengan Menteri Luar Negeri terkait masalah security clearance.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengonfirmasi dua negara lainnya, yang secara geografis lebih dekat dengan Indonesia, sudah menyatakan siap terlibat dalam pencarian kapal selam yang berisi 53 awak ini.
Singapura Singapura telah mengerahkan MV Swift Rescue, kapal penyelamat kapal selam, yang dijadwalkan tiba pada Sabtu (24/4/2021). Sementara, Malaysia akan mengirimkan kapal penyelamat Mega Bakti yang tiba pada Senin (26/4/2021).
Di kawasan Asia Tenggara, tidak semua negara memiliki kapal selam. Vietnam memiliki armada kapal selam terbanyak, diikuti oleh Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Baca juga: Type 209, Kapal Selam Buatan Jerman yang Dipakai Puluhan AL di Dunia Termasuk Indonesia
Hanoi secara serius mempertahankan klaim Laut China Selatan pada 2007, ketika partai komunis Vietnam mengadopsi resolusi untuk mengembangkan "Strategi Maritim Menuju 2020."
Buku putih pertahanan Vietnam 2009, kemudian menggarisbawahi tekad untuk melindungi kedaulatan maritimnya dan mengejar modernisasi militer untuk melakukannya.
Akuisisi perangkat keras militer pun dilakukan dengan cepat. Salah satunya dengan mencapai kesepakatan dengan Rusia untuk memasok enam kapal selam diesel serang listrik kelas Kilo, dan armada militer lainnya.
Upaya modernisasi militer Vietnam selama setengah dekade berjalan dramatis. Menurut Jane’s Defence Budget, "anggaran angkatan laut Vietnam telah meningkat sebesar 150 persen sejak 2008 menjadi 276 juta dollar AS (Rp 4 triliun) pada 2011 dan diharapkan tumbuh menjadi 400 juta dollar AS (Rp 5,8 triliun) pada 2015.”
Tapu pada Juni 2014, badan legislatif Vietnam mendukung rencana baru senilai 756 juta dollar AS (Rp 11 triliun), untuk lebih meningkatkan kemampuan pengawasan dan pertahanan maritim negara tersebut.
Baca juga: Misteri Tenggelamnya Kursk, Kecelakaan Kapal Selam Terparah Rusia Tewaskan 118 Kru
Pada 2020, kekuatan laut Indonesia berjumlah 282 alutsista yang terdiri atas 7 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 156 kapal patroli, dan 10 kapal penyapu ranjau.
Dari jumlah tersebut, kekuatan laut Indonesia menempati urutan ke-10 dunia dan nomor dua di Asia Tenggara setelah Thailand (posisi 8).
Saat ini, kapal selam adalah salah satu prioritas tertinggi angkatan laut target setidaknya memiliki selusin armada. Pada 2011, Indonesia memberikan kontrak kepada pembuat kapal Korea Selatan untuk tiga kapal selam serang diesel-listrik Tipe 209/1400.
KRI Alugoro baru, panji nomor 405, adalah yang terakhir dari tiga kapal selam serang diesel-listrik (SSK) yang dikontrak dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) Korea Selatan dalam kesepakatan 2011 senilai 1,1 miliar dollar AS (Rp 16 triliun).
Kapal selam ini menawarkan angkatan laut Indonesia peningkatan yang signifikan atas dua kapal selam serang kelas Cakra, yang telah beroperasi sejak awal 1980-an.
Dalam hal desain, kelas Nagapasa didasarkan pada kapal selam kelas Jang Bogo Korea Selatan, tetapi memiliki peningkatan pada susunan sonar, radar, dan sistem navigasinya.
Baca juga: Australia Nyatakan Siap Bantu Indonesia Mencari Kapal Selam KRI Nanggala-402
#3. Southeast Asia pic.twitter.com/9WBtmP3fYt
— Naval Analyses (@D__Mitch) July 22, 2018
Singapura mempertahankan armadanya di empat kapal selam sepanjang sejarah operasinya.
Dua kapal selam kelas Archer memasuki operasi pada 2013 untuk menggantikan dua dari empat kapal selam sebelumnya dari kelas Challenger.
Dua kelas Challenger yang tersisa pada akhirnya digantikan oleh dua kapal selam kelas Invincible yang dijadwalkan untuk pengiriman pada 2022 dan 2023.
Namun diketahui dua kelas Invincible selanjutnya juga akan dikirim mulai 2024. Masih harus dilihat apakah Archer akan dihentikan secara bertahap penugasannya dengan peningkatan jumlah armada ini.
Malaysia memiliki dua kapal selam serang diesel-listrik kelas Scorpene.
Pada 2007, “Negeri Jiran” mendirikan pangkalan angkatan laut baru di Teluk Sepanggar, di sebelah Laut Cina Selatan. Dua armada tersebut diketahui beroperasi di sana untuk melindungi wilayah sengketa itu.
Kapal selam kelas Scorpene pertama Angkatan Laut Malaysia membutuhkan waktu tujuh tahun untuk dibangun sebelum ditugaskan pada 2009. Sebaliknya, kapal selam kelas Kilo pertama Vietnam membutuhkan separuh dari waktu itu untuk dioperasikan.
Angkatan Laut Kerajaan Malaysia (RMN) berencana untuk memiliki kekuatan empat kapal selam. Tetapi kemungkinan jumlahnya akan tetap menggunakan dua untuk waktu yang lama.
Sampai saat ini, Laporan Auditor Jenderal Malaysia yang dirilis pada 2020 dan berfokus pada pengoperasian kapal selam RMN, memperingatkan bahwa mulai 2023 RMN akan menghadapi masalah dalam memelihara awak untuk kedua kapal selamnya.
Hal ini disebabkan kombinasi penurunan lamaran awak untuk operasi kapal selam dari 2010-2019. Itu berdampak pada jumlah kelulusan dan kualifikasi awak kapal selam, dan fakta bahwa sejumlah personel berkualifikasi kapal selam akan pensiun atau meninggalkan tugas dalam periode 2019-2023.
Baca juga: Taiwan: Negara-negara Eropa Bantu Kembangkan Kapal Selam Dalam Negeri
Pengoperasian kapal selam menuntut awak memiliki kombinasi elite antara karakteristik fisik, mental dan kecerdasan serta kemampuan yang tidak mudah ditemukan di sebagian besar penduduk.
Kumpulan orang-orang seperti itu tidak banyak dari total jumlah yang benar-benar bergabung dengan angkatan laut, dan secara sukarelawa mau bertugas di kapal selam.
Jadi bukan hanya masalah biaya, karena alasan ini juga sejumlah negara memiliki batasan jumlah kapal selam yang sebenarnya mamoy mereka miliki di armadanya.
Laporan The Asan Forum menyebut hanya negara-negara Asia Tenggara dengan populasi dan militer yang besar menghadapi lebih sedikit masalah seperti ini. Misalnya, Vietnam memiliki enam kapal selam operasional dan Indonesia yang menargetkan memiliki 10-12 armada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.