Transisi tersebut datang pada saat yang sulit bagi Kuba karena banyak orang di pulau itu cemas tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
Pandemi virus corona, reformasi keuangan yang menyakitkan, dan pembatasan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) telah mengguncang perekonomian negara itu.
Baca juga: AS Ungkap Bakal Masukkan Lagi Kuba ke Daftar Negara Pendukung Terorisme
Antrean dan kekurangan pangan yang panjang telah menghidupkan kembali gema dari "periode khusus" yang terjadi setelah runtuhnya Uni Soviet pada awal 1990-an.
Ketidakpuasan itu dipicu oleh masifnya jaringan internet yang masuk dan ketimpangan yang semakin meningkat.
Sebagian besar perdebatan di Kuba difokuskan pada kecepatan reformasi. Banyak yang mengeluh bahwa "generasi bersejarah", yang diwakili oleh Castro, terlalu lambat untuk membuka ekonomi.
Pada Januari, Diaz-Canel akhirnya menarik pelatuknya pada rencana yang disetujui dua kamar kongres Kuba untuk menyatukan sistem mata uang ganda pulau itu.
Dia juga membuka pintu bagi perusahaan swasta yang lebih luas yang memungkinkan orang Kuba secara legal menjalankan berbagai jenis bisnis yang dijalankan sendiri.
Pasalnya sebelum ini, Kuba telah terlalu lama membatasi campur tangan sektor swasta di dalam negerinya.
Baca juga: Diplomat AS di Kuba dan China Sakit Misterius, Diduga akibat Radiasi Gelombang Mikro
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.