Untuk mengenang Gagarin, pada Jumat pesawat Soyuz berangkat dari Baikonur membawa dua awak Rusia dan satu astronot AS.
Di sisi lain, peringatan tersebut datang di tengah kesulitan yang dihadapi Rusia, di mana mereka menghadapi kemunduran.
Mulai dari skandal korupsi hingga pembatalan misi berawak yang dianggap membahayakan pada 2018.
Baca juga: Gelontorkan Rp 5,76 Triliun, NASA Ingin Perusahaan Swasta Bikin Stasiun Luar Angkasa
Sampai saat ini, roket Soyuz masih dianggap yang paling kuat dan menunjang setiap misi "Negeri Beruang Merah".
Namun, roket itu makin dimakan usia, dan Moskwa kurang inovasi yang membuat mereka tertinggal dari saingannya.
Kekalahan telak adalah ketika roket milik Space X, yang bisa digunakan lagi, sukses mendaratkan astronot NASA di ISS.
Meski mengalami pengetatan anggaran, badan luar angkasa Roscosmos melalui Kepala Dmitry Rogozin masih menjanjikan misi ambisius.
Di antaranya adalah penerbangan di Venus dan mempunyai stasiun di Bulan.
Baca juga: Kembali dari Luar Angkasa, Wine dan Anggur Diteliti Ilmuwan Perancis, Ini Hasilnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.