Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Pangeran Tuduh Raja Jordania Korupsi, Ini Tanggapan Militer

Kompas.com - 04/04/2021, 12:28 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC,Reuters

AMMAN, KOMPAS.com – Seorang pangeran Jordania, Pangeran Hamzah bin Hussein, mengaku bahwa dia menjadi tahanan rumah karena melontarkan kritik kepada sang raja.

Pernyataan tersebut langsung ditanggapi oleh militer Kerajaan Jordania. Pangeran Hamzah bin Hussein sendiri merupakan saudara tiri penguasa Jordania, Raja Abdullah II.

Baca juga: Pangeran Jordania Ini Mengaku Jadi Tahanan Rumah karena Dituduh Kritik Raja

Pihak militer memperingatkan, pernyataan Pangeran Hamzah tersebut bisa saja mengancam keamanan dan stabilitas negara.

Tanggapan tersebut disampaikan militer Kerajaan Jordania yang diterbitkan oleh kantor berita negara sebagaimana dilansir Reuters, Minggu (4/4/2021).

Militer mengatakan, peringatan kepada Pangeran Hamza adalah bagian dari penyelidikan keamanan yang lebih luas dan berkelanjutan.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Pangeran Hamzah menuding Raja Abdullah II, melakukan korupsi dan tak kompeten mengurus negara.

Baca juga: Jordania Negara Ke-17 yang Laporkan Kasus Varian Baru Virus Corona

Pernyataan itu direkam dalam sebuah video yang dirilis pengacara Pangeran Hamzah.

Pernyataan sang bangsawan terjadi setelah terjadi penangkapan sejumlah pejabat tinggi atas tuduhan melakukan kudeta.

Militer sebelumnya membantah mereka menjadikan Pangeran Hamzah sebagai tahanan rumah, seperti dilansir BBC, Sabtu (3/4/2021).

Penahanan Pangeran Hamzah terjadi setelah dia mengunjungi para pemimpin suku, dan mengeklaim memperoleh dukungan.

Baca juga: 6 Pasien Tewas Kekurangan Oksigen, Menkes Yordania Langsung Mengundurkan Diri

Apa yang Pangeran Hamzah katakan?

“Kesejahteraan (Jordania) ditempatkan di urutan kedua oleh sistem pemerintahan,” ujar Pangeran Hamzah dalam rekamannya.

“Kepentingan pribadi, kepentingan finansial, dan korupsi lebih penting daripada kehidupan dan martabat serta masa depan sepuluh juta orang yang tinggal di sini,” sambungnya.

Sebelumnya, panglima militer Kerajaan Jordania Yusef Huneity membantah laporan bahwa pangeran telah ditangkap.

Huneity menambahkan, Pangeran Hamzah diminta untuk menghentikan kegiatan yang menargetkan keamanan dan stabilitas Jordania.

Baca juga: Raja Yordania: Selama Covid 19, Terorisme dan Ekstremisme Kian Subur

Dua orang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan keamanan telah tiba di istana kecilnya dan memulai penyelidikan.

Raja Abdullah II memberhentikan Pangeran Hamzah sebagai pewaris takhta pada 2004 dalam sebuah langkah yang mengkonsolidasikan kekuasaannya.

The Washington Post mewartakan, pihak berwenang Jordania menahan mantan putra mahkota tersebut dan menangkap hampir 20 orang lainnya.

Penangkapan tersebut dilakukan setelah para pejabat menyebut adanya ancaman bagi stabilitas negara.

Baca juga: Raja Yordania Desak Israel untuk Vaksinasi Warga Palestina

Seorang mantan pejabat Amerika Serikat (AS) yang mengetahui peristiwa di Jordania mengatakan bahwa plot tersebut tidak melibatkan "kudeta fisik".

Sebaliknya, mereka yang terlibat berencana untuk mengompori aksi protes yang akan tampak sebagai aksi jalanan dengan dukungan suku.

Mantan pejabat AS tersebut menambahkan, pihak berwenang Jordania akan menyelidiki apakah ada pihak asing dalam plot tersebut.

Baca juga: September 1970: Black September, Peperangan Yordania Melawan Organisasi Pembebasan Palestina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com